ADA satu pengalaman menarik yang penulis alami saat musim hujan. Saat itu menjelang tengah malam sekitar pukul 23.15 WIB yang diawali hujan saat sore hari. Penulis melihat ayam broiler umur 5 hari mengalami panting atau megapmegap di dalam kandang. Suhu terukur saat itu adalah 300C. Penulis ingat betul, umur tersebut
semestinya ayam masih berada pada fase brooding yang justru memerlukan suhu tinggi. Bila kita perhatikan suhu terukur tersebut, mestinya masih kurang dari 340C, tetapi pada kenyataannya ayam mengalami panting. Pengalaman menarik seperti ini barangkali sering juga dialami peternak-peternak kita. Hanya saja tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan ayam tersebut panting. Menurut arahan dan literature yang kita dapatkan di Indonesia, suhu yang harus dicapai pada masa brooding adalah kisaran 33 sampai 350C dan menurun 0,50C setiap harinya. Karena pada masa tersebut thermoregulasi ayam masih belum berfungsi secara sempurna untuk menjaga
stabilitas panas tubuhnya.
Suhu Efektif
Dari hasil kajian literatur yang dikombinasi dengan pengalaman lapangan, sudah semestinya kita mengubah paradigma lama dalam manajemen brooding. Selama ini kita masih terpaku pada target pencapaian suhu brooding yang maksimal. Kita perlu secara sadar untuk mencoba memahami suhu efektif yang benar-benar dirasakan ayam. Berbeda dengan suhu terukur, suhu efektif merupakan suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam. Suhu efektif berasal dari suhu terukur yang dikombinasi dengan kelembaban relative (%RH) terukur. Artinya, bila pada alat ukur suhu tercatat 300C, maka suhu yang benarbenar dirasakan oleh ayam belum tentu 300C. Sebagai contoh pada saat bersamaan dengan itu, % kelembaban relatif (%RH) terukur adalah 85% maka suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam adalah lebih tinggi dari 300C. Tetapi bila saat itu % kelembaban relatif (%RH) terukur adalah 55 sampai 60% maka suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam adalah sama, yaitu 300C. Inilah yang dinamakan suhu efektif, yaitu suhu yang dirasakan dari kombinasi suhu dan % kelembaban relatif. Sedangkan suhu terukur atau ambient temperatur merupakan suhu
yang terbaca pada pengukuran menggunakan alat ukur termometer.
Heat Stress Index
Bila kita lebih jauh membicarakan kombinasi suhu dan % kelembaban relatif (%RH),
maka kita akan masuk pada satu pengertian dasar yaitu Heat Stress Index. Heat Stress Index didefinisikan sebagai suatu index yang menjadi ukuran tingkatan dimana ayam masih dapat beradaptasi atau tidak terhadap kondisi cuaca. Heat stress index yang masih dapat ditolerir oleh ayam adalah 160, artinya apabila heat stress index melebihi angka 160 maka ayam akan mengalami panting atau megap-megap. Sebaliknya bila angka heat stress index di bawah 160 maka ayam masih dapat beradaptasi. Semakin bertambahnya umur ayam, standar heat stress index semakin menurun. Heat stress index standar anak ayam umur sehari (DOC) adalah 155 sedangkan umur 35 hari adalah 140. Ayam akan mulai mengalami panting bila Heat Index di atas 155, dan kelembaban merupakan bagian utama dari permasalahan ini. Pada suhu yang sama dengan kelembaban yang lebih tinggi, maka secara fisiologis ayam akan merasakan suhu yang lebih tinggi dari pada suhu yang terukur. Heat stress index didapatkan melalui kalkulasi suhu dan % kelembaban relatif (%RH) dengan menjumlahkan suhu dalam satuan Fahrenheit dengan % kelembaban relatif (%RH) terukur. Contoh di atas, pada suhu 300C (860F) dengan % kelembaban relatihf (%RH) terukur adalah 85%, maka heat stress index adalah 171 jauh di atas 160. Maka sudah semestinya apabila ayam saat itu mengalami panting. Sekarang, yang menjadi pertanyaan adalah pada suhu berapa kita semestinya memperlakukan ayam agar tidak mengalami panting. Untuk menjawab pertanyaan ini kita memerlukan angka standar heat stress index berdasarkan umur ayam. Selain itu kita harus mengukur terlebih dahulu berapa % kelembaban relative (%RH). Dari dua sumber data ini maka kita dapat mengetahui
pada suhu berapa ayam akan merasakan suhu yang nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Kesalahan awal memperlakukan anak ayam dapat menyebabkan pencapaian performance yang tidak maksimal. Umumnya, kesalahan manajemen brooding ini sering tidak nampak karena kekeliruaan persoalan brooding dianggap masih masalah yang sepele. Oleh karena itu mulai saat ini mari kita sama-sama memperbaiki paradigma dalam manajemen brooding. Kita jangan hanya terpaku pada target pencapaian suhu brooding, tapi amati juga faktor kelembaban relatifnya
Tabel Standar Suhu dan Kelembaban Saat Brooding
Umur (hari) Suhu % Kelembaban Heat Index
oC oF
1 32 90 65 155
2 32 90 65 155
3 32 90 65 155
4 31 88 65 153
5 31 88 65 153
6 31 88 65 153
7 30 86 65 151
8 30 86 65 151
9 30 86 65 151
10 30 86 65 151
11 30 86 65 151
12 30 86 65 151
13 30 86 65 151
14 30 86 65 151
Keterangan :
Heat Index didapat dari rumus berikut : Heat Index = Suhu (OF) + % Kelembaban
Pengaruh Heat Index terhadap performance
Heat Index < 150 : tidak menyebabkan permasalahan performance
Heat Index 155 : merupakan batas atas terjadinya penurunan performance
Heat Index 160 : penurunan feed intake, peningkatan water intake, dan
penurunan performance
Heat Index 165 : awal kejadian kematian dan kerusakan permanen pada
paru-paru dan system peredaran darah
Heat Index 170 : dapat menyebabkan tingginya kematian
Sopyan Haris, Technical
support, CPI Surabaya
Sumber : Technical Focus, publication of Cobb Vantress, Inc.
BULETIN CP. MARET 2008 Nomor 99/Tahun IX
Kamis, 01 Januari 2009
Paradigma Baru pada Manajemen Brooding
11.08
No comments
0 komentar:
Posting Komentar