Kamis, 01 Januari 2009

Antara peluang dan ancaman bisnis ayam broiler

Ayam broiler atau lebih di kenal ayam potong adalah jenis unggas yang telah mengalami seleksi gen bertahun tahun.Sehingga hanya dalam waktu produksi 35 sampai 40 hari sudah layak di konsumsi.Hal ini menyebabkan selama masa produksi memerlukan perlakuan khusus. Baik dari jenis makanannya (konsentrat) , pencegahan penyakit (vaksinasi& obat2an) maupun saat masa panen(distribusi).
Sejak bisnis ayam potong berkembang di Indonesia selama pengamatan & pengalaman penulis selalu terjadi masalah klasik setiap tahunnya.Yaitu:
1. Fluktuasi harga input( Day Old Chik,pakan,obat obatan).
2. Fluktuasi harga out putnya( harga jual daging hidup).
3. Dari segi pemeliharaan munculnya bermacam2 penyakit pada saat pergantian musim sering terjadi.
3 hal inilah yang sering menjadi kendala utama dalam bisnis ayam broiler. Dalam dunia ekonomi fluktuasai harga input dan output sangat di pengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Beberapa hal yang memepengaruhi permintaan daging ayam broler antara lain:
1. Budaya masyarakat Indonesia yang menganggap daging masih merupakan menu special. Adanya momen lebaran, natal, tahun baru, ataupun bulan banyak masyarakat melangsungkan pesta pernikahan biasanya akan terjadi kenaikan permintaan daging. Tetapi setelah momen itu selesai atau memasuki tahun ajaran pendidikan yang baru biasanya akan terjadi pemurunanan permintaan daging broiler.
2. Kebiasaan masyarakat yang suka mengkonsomsi daging segar juga sangat mempengaruhi permintaan. Beda dengan di Negara-negara maju yang sudah terbiasa mengkonsumsi daging beku.
3. Adanya isu penyakit flu burung juga berpengaruh pada penurunan permintaan.

Beberapa hal di atas itulah yang biasa digunakan para peternak untuk membentuk penawaran.Yaitu menentukan jumlah ayam yang akan di pelihara untuk dipanen 40 hari ke depan. Apakah sesuai dengan kapasitas kandang atau kurang.Celakanya belum adanaya komunikasi secara baik antara perusahaan penyedia bibit ayam umur sehari(breeding) dengan peternak ayam broiler menyebabakan over produksi. Yang berimbas pada anjloknya harga jual daging ayam hidup di tingkat peternak.Akibatnya kerugian lah yang akan di derita oleh peternak.Secara rinci dapat penulis jelaskan beberapa pertimbangan yang digunakan peternak dalam membuat penawaran adalah sebagai berikut: Momen hari-hari besar seperti yang dijelaskan diatas sampai sekarang masih di gunakan para peternak sebagai patokan jumlah populasi ayam broiler yang akan di pelihara. Harga DOC.Karena belum bisa memproduksi bibit secara mandiri, maka peternak sangat tergantung pada perusahaan breeding sebagai penyedia bibit ayam broiler.Tidak adanya kontinyunitas pemeliharaan dari peternak juga tidak adanya kontrak harga beli DOC antara peternak dan perusahaan breeding menyebabkan harga DOC pun di pengaruhi demand dan suplay.Sebagai gambaran, pada saat permintaan DOC oleh peternak meningkat harga beli bisa mencapai Rp 3700/ekor. Tetapi disaat permintaan menurun harga beli bisa dibawah Rp 500/ekor.(Asumsi harga ini sekitar tahun 2000-2003.).

Harga pakan ayam..Perlunya pengetahuan mengenai konsentrasi ransum pakan yang sesuai dengan kebutuhan ayam broiler menyebabakan peternak sangat tergantung pada pakan konsentrat dari pabrik dalam budidaya ayam
broilernya.Bila harga beli konsentrat mengalami kenaikan akibat naiknya bahan baku pakan, peternakpun akan berfikir ulang dalam memulai budidayanya.Kekawatiran peternak apabila kenaikan pakan tanpa diiringi harga jual daging ayam di pasaran, tentunya peternak akan merugi. Harga Obat-obatan( vaksinasi & vitamin).Walaupun hanya sekitar 10% -15% biaya obat obatan dalam pembudidayaan ayam broiler tetap saja akan menjadi bahan pertimbangan peternak.Karena bila terjadi serangan penyakit yang vital biaya pengobatan pun akan naik.
Pergantian musim atau pancaroba.Perubahan musim penghujan ke musim kemarau atau sebaliknya, biasanya akan disertai datangnya penyakit baik yang disebabkan virus,bakteri maupun jamur.Terjadinya penurunan daya tahan tubuh ayam pada saat peubahan musim karena frekuensi suhu yang menyolok menyebabkan ayam akan mudah terserang penyakit. Dengan pertimbangan di atas biasanya peternak akan menghentikan sementara budidayanya.

Kata ekonom kalau mau untung besar ya harus berani mengambil resiko yang besar pula.Statmen ini tak jauh beda pada bisnis budidaya ayam broiler jika ingin meraup keuntungan yang besar.Karena didalam resiko yang besar itu terdapat pula peluang yang besar.Dari uraian diatas ada beberapa peluang yang bisa diambil.
1. Bila para peternak beramai ramai memelihara ayam broiler untuk dipanen pada saat lebaran tiba,maka sebaiknya kita memelihara untuk dipanen pada awal puasa atau pertengahan puasa.
2. Salah satu yang bisa digunakan sebagai indikasi perkiraan permintaan daging ayam broiler pada 40 hari sampai 60 hari ke depan adalah harga beli DOC.Bila harga DOC turun bisa dipastikan permintaan DOC oleh peternak juga turun. Logikanya kebutuhan daging untuk 60 hari kedepan tidak ada pasokan, karena peternak sudah memanen sebelumnya.Dengan asumsi harga jual daging stabil kita bisa mulai memelihara pada saat harga DOC turun.
3. Mahalnya harga pakan konsentrat dapat kita siasati dengan pencampuran bungkil jagung dengan pakan jadi untuk menekan biaya produksi.Dengan pertimbangan penambahan bungkil jagung berbanding denagn bobot ayam hal ini dapat kita lakukan.
4. Disaat para peternak mengosongkan kandangnya karena perubahan musim,disinilah kita beranikan untuk mengisi kandang ayam kita.Tentunya harus kita bekali dengan pengetahuan yang memadai tentang pemeliharaan ayam broiler yang intensif.Hal ini berkaitan dengan perlunya perlakuan pemeliharaan khusus disaat perubahan musim agar ayam tidak mudah terserang penyakit.

Contributed by Sigid Yuwono
Thursday, 12 June 2008
Last Updated Saturday, 28 June 2008

probiz.wgtt.org
http://probiz.wgtt.org

0 komentar: