Close Housed

Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak, menyediakan udara yang sehat bagi ternak, menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak, meminimumkan tingkat stress pada ternak.

Broiler Modern

Ayam pedaging hasil persilangan dari berbagai bangsa ayam pedaging, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan daging secara optimal dan edisien, memiliki keunggulan pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak, yang didukung dengan pakan yang berkualitas dan menajemen pemeliharaan yang maksmila

DOC ( Day Old Chick )

DOC(day old chick), anak yam umur 1 hari sangat menentukan keberhasilan usaha ternak ayam. Kondisi DOC yang baik merupakan modal awal yang sangat penting.

Broiler

Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

Pakan Ayam Broiler

Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

Kemitraan Ayam Broiler

Kerjasama pemeliharaan ayam broiler dengan pola kerjasama inti dan plasma. Kerjasama dilaksanakan atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan antara inti dan plasma.

Sabtu, 03 November 2018

PEMANAS LISTRIK






Spesifikasi:

  • Watt listrik : 600, 900, 1200 dan 1500 watt
  • Kapasitas  : 1000 ekor – 2500 ekor

Keunggulan:

  1. Efisiensi pemanasan lebih tinggi
  2. Tanpa karbondioksida
  3. Tidak ada gas berbahaya/gangguan pernafasan
  4. Pemanasan langsung pada pembalik sakelar/tanpa pra pemanasan/tidak boros energi
  5. Kerusakan jarang terjadi/pengelolaan mudah
  6. Hanya butuh waktu 5 detik untuk menukar lampu karbon
  7. Mudah dipindah dan dipasang
  8. Mudah dikontrol
  9. Tanpa kebocoran gas/resiko kebakaran
  10. Biaya murah
http://www.saranaternak.com/product/pemanas-brooder-elektric-listrik/

Khasiat hati ayam broiler


Hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 85% daging dan 37% hati ayam broiler di Jabotabek mengandung residu kelompok antibiotik penisilin cukup besar. Jika daging dan hati ayam itu dikonsumsi dalam jangka waktu cukup panjang berisiko munculnya berbagai penyakit.

Hal itu diungkapkan dua peneliti, Rusiana dan DN Iswarawanti, pada Seminar SEAMO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) dan Tromed RCCN (Tropical Mendicine Regional Center for Community Nutrition) Universitas Indonesia di Jakarta, Senin (22/12).

Kepada Media, Rusiana yang juga menjabat Kepala Seksi Penilaian Produk Pangan Fungsional Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mengatakan telah melakukan penelitian ayam broiler di Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Sebanyak 80 ekor ayam broiler dijadikan sampel untuk penelitian.

Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata hasilnya 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam broiler itu mengandung residu antibiotik. Rusiana menjelaskan dari sampel daging dan hati broiler itu terdapat residu antibiotik tylosin, penicillin, oxytetracycline, dan kanamycin.

Penelitian sampel kelompok antibiotik menggunakan metode Bioassay dan hasil analisisnya dinilai berdasarkan Codex Alimentarius Commission (CAC) atau standar pangan yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan Dunia (FAO), dan standar European Economic Community (EEC).

“Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa kelompok antibiotik penisilin merupakan residu yang paling banyak ditemukan di hati ayam,” kata Rusiana.

Sementara itu, Iswarawanti menambahkan hati ayam broiler mengandung lebih banyak antibiotik kelompok penisilin dibandingkan daging. Kandungan antibiotik penisilin mencapai 41,3% jika dihitung berdasarkan maximum residue limit–MRL per batas maksimal residu). Angka itu masih di bawah 45% kandungan MRL residu penisilin.

Namun, dia mengingatkan bahwa sebenarnya kelompok antibiotik penisilin itu bukan digunakan untuk ternak ayam, melainkan untuk pengobatan manusia. Jadi, jika daging dan hati ayam broiler itu dikonsumsi dalam jangka waktu panjang sangat membahayakan kesehatan manusia.

Iswarawanti menjelaskan penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi daging dan hati ayam broiler yang mengandung antibiotik itu secara berkepanjangan bisa menyebabkan teratogenic effect, carcinogenic effect, mutagenic effect dan resisten terhadap antibiotik sendiri.

Rusiana menjelaskan bahwa teratogenic effect adalah kandungan antibiotik bisa menyebabkan efek buruk untuk ibu yang mengandung, terutama untuk janinnya. Ibu yang mengandung bisa mengalami keguguran atau bayi yang dilahirkan cacat.

Kalau carcinogenic effect, antibiotik yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan munculnya penyakit kanker. Sedangkan mutagenic effect, antibiotik dapat menimbulkan mutasi bagi mikroorganisme seperti bakteri.

Sementara itu, bagi mereka yang banyak mengonsumsi daging dan hati ayam yang mengandung antibiotik, tubuhnya akan mengalami resistan terhadap reaksi antibiotik. Maka, obat antibiotik yang dikonsumsi orang yang banyak makan hati ayam yang mengandung antibiotik tidak akan menimbulkan efek apa pun.

“Antibiotik itu juga bisa menimbulkan alergi seperti menimbulkan bintik-bintik dan gatal-gatal pada kulit,” tambah Rusiana.

Dia menjelaskan, untuk daging yang kandungan antibiotiknya rendah relatif aman. Tetapi, hati ayam yang banyak ditemukan mengandung lebih banyak antibiotik penisilin sudah perlu hati-hati untuk mengonsumsinya. ”Padahal, selama ini banyak orang yang mengharapkan mendapat asupan zat besi dengan memakan hati ayam. Tetapi, hati ayamnya ternyata belum aman,” katanya.
Hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 85% daging dan 37% hati ayam broiler di Jabotabek mengandung residu kelompok antibiotik penisilin cukup besar. Jika daging dan hati ayam itu dikonsumsi dalam jangka waktu cukup panjang berisiko munculnya berbagai penyakit.

Hal itu diungkapkan dua peneliti, Rusiana dan DN Iswarawanti, pada Seminar SEAMO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) dan Tromed RCCN (Tropical Mendicine Regional Center for Community Nutrition) Universitas Indonesia di Jakarta, Senin (22/12).

Kepada Media, Rusiana yang juga menjabat Kepala Seksi Penilaian Produk Pangan Fungsional Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mengatakan telah melakukan penelitian ayam broiler di Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Sebanyak 80 ekor ayam broiler dijadikan sampel untuk penelitian.

Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata hasilnya 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam broiler itu mengandung residu antibiotik. Rusiana menjelaskan dari sampel daging dan hati broiler itu terdapat residu antibiotik tylosin, penicillin, oxytetracycline, dan kanamycin.

Penelitian sampel kelompok antibiotik menggunakan metode Bioassay dan hasil analisisnya dinilai berdasarkan Codex Alimentarius Commission (CAC) atau standar pangan yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan Dunia (FAO), dan standar European Economic Community (EEC).

“Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa kelompok antibiotik penisilin merupakan residu yang paling banyak ditemukan di hati ayam,” kata Rusiana.

Sementara itu, Iswarawanti menambahkan hati ayam broiler mengandung lebih banyak antibiotik kelompok penisilin dibandingkan daging. Kandungan antibiotik penisilin mencapai 41,3% jika dihitung berdasarkan maximum residue limit–MRL per batas maksimal residu). Angka itu masih di bawah 45% kandungan MRL residu penisilin.

Namun, dia mengingatkan bahwa sebenarnya kelompok antibiotik penisilin itu bukan digunakan untuk ternak ayam, melainkan untuk pengobatan manusia. Jadi, jika daging dan hati ayam broiler itu dikonsumsi dalam jangka waktu panjang sangat membahayakan kesehatan manusia.

Iswarawanti menjelaskan penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi daging dan hati ayam broiler yang mengandung antibiotik itu secara berkepanjangan bisa menyebabkan teratogenic effect, carcinogenic effect, mutagenic effect dan resisten terhadap antibiotik sendiri.

Rusiana menjelaskan bahwa teratogenic effect adalah kandungan antibiotik bisa menyebabkan efek buruk untuk ibu yang mengandung, terutama untuk janinnya. Ibu yang mengandung bisa mengalami keguguran atau bayi yang dilahirkan cacat.

Kalau carcinogenic effect, antibiotik yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan munculnya penyakit kanker. Sedangkan mutagenic effect, antibiotik dapat menimbulkan mutasi bagi mikroorganisme seperti bakteri.

Sementara itu, bagi mereka yang banyak mengonsumsi daging dan hati ayam yang mengandung antibiotik, tubuhnya akan mengalami resistan terhadap reaksi antibiotik. Maka, obat antibiotik yang dikonsumsi orang yang banyak makan hati ayam yang mengandung antibiotik tidak akan menimbulkan efek apa pun.

“Antibiotik itu juga bisa menimbulkan alergi seperti menimbulkan bintik-bintik dan gatal-gatal pada kulit,” tambah Rusiana.

Dia menjelaskan, untuk daging yang kandungan antibiotiknya rendah relatif aman. Tetapi, hati ayam yang banyak ditemukan mengandung lebih banyak antibiotik penisilin sudah perlu hati-hati untuk mengonsumsinya. ”Padahal, selama ini banyak orang yang mengharapkan mendapat asupan zat besi dengan memakan hati ayam. Tetapi, hati ayamnya ternyata belum aman,” katanya.

Ditanya kenapa daging dan ayam brolier mengandung antibiotik terutama penisilin, Iswarawanti mengatakan kemungkinan ketidaktahuan dan tidak adanya penyuluhan bagi peternak ayam. Mereka hanya mengharapkan ayamnya sehat, maka disuntik atau diberi pakan yang mengandung antibiotik.
Sumber : http://masenchipz.com/khasiat-hati-ayam-broiler

ZEOLIT SEBAGAI ALTERNATIF PENURUN EMISI GAS NH3 PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DALAM UPAYA MITIGASI PEMANASAN GLOBAL

Peternakan yang merupakan sub sektor pertanian dianggap sebagai salah satu faktor penyumbang emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar yang diperkirakan mampu menyumbang sebesar 18% emisi gas penyebab pemanasan global. Salah satu usaha peternakan yang berkembang pesat dan memiliki permintaan pasar yang tinggi adalah budidaya ayam broiler. Namun demikian, meningkatnya populasi ayam broiler juga akan memberikan pengaruh negatif bagi
ayam, manusia dan lingkungan akibat peningkatan emisi gas beracun dan partikel lain yang dihasilkan dari ekskreta ayam broiler. Salah satu emisi gas beracun yang menimbulkan kerugian besar bagi peternakan ayam broiler adalah ammonia (NH3). Emisi gas ini dapat berdampak buruk terhadap peningkatan efek rumah kaca dan masalah lingkungan berupa bau tidak sedap. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan solusi alternatif penurunan kadar NH3 sehingga akan berpengaruh secara langsung pada penurunan jumlah emisi gas peternakan yang menjadi faktor penyebab terjadinya pemanasan global.

Populasi ayam broiler pada tahun 2009 mencapai 930.317.847 ekor (Badan Pusat Statistik, 2009) yang asumsikan menghasilkan ekskreta 141,2 ton dan emisi NH3 97.962.469 ppm. Apabila diperkirakan pada tahun 2013 populasi
ayam broiler dapat meningkat sejalan dengan meningkatnya konsumsi daging ayam broiler sebanyak 31% dari 2009 maka jumlah ekskreta ayam broiler yang dihasilkan sekitar 23.764,9 ton sehingga diperkirakan jumlah emisi NH3 yang dihasilkan adalah 128.330.834,8 ppm.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan teknologi yang mudah dan aplikatif sehingga bisa diterapkan secara optimal oleh peternak ayam broiler. Alternatif yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah emisi peternakan tersebut adalah dengan menggunakan zeolit pada litter peternakan ayam broiler. Kadar NH3 yang bisa dikurangi dengan menggunakan zeolit adalah sekitar 35,5% (Rudzik 1998). Apabila teknologi penggunaan zeolit ini diterapkan oleh peternak (minimal 20% dari keseluruhan populasi ayam broiler di Indonesia), maka jumlah emisi NH3 yang dapat dikurangi pada tahun 2009 dan 2013 adalah 34.776.677 ppm dan 82.773.388 ppm NH3 dari total produksi NH3 di Indonesia.

Teknik implementasi yang akan dilakukan dalam menjalankan alternatif ini adalah memberikan pemahaman dan melakukan sosialisasi secara luas kepada peternak ayam broiler tentang pentingnya penambahan zeolit pada litter/ ekskreta ayam broiler untuk menurunkan kadar NH3. Manfaat yang akan didapat dari aplikasi gagasan ini adalah terdapat cara pemanfaatan zeolit sebagai penurun emisi gas beracun dan bau tidak sedap pada ekskreta ayam broiler. Pihak-pihak yang diharapkan dapat membantu dalam implementasi gagasan ini adalah
Kementrian Pertanian, Direktorat Jendral Peternakan dan Dinas Peternakan setempat, Instansi Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset, serta Gabungan Kelompok Peternak.

Download Sumber Tulisan/Tulisan Lengkap

AMMONIA GAS NH3 DETECTOR MONITOR TESTER SMART SENSOR AR8500






Description


Item specifics
Brand Name:SMART SENSOR
Model Number:AR8500DIY
Supplies:Electrical
With LCD Screen Or Not:Yes
Gas Type:Ammonia ( NH3 ) GAS
Detection of gas::Ammonia ( NH3 ) GAS DETECTOR
Measuring range:: 0~100PPM
Resolution: :0.1PPMBasic error: :0.5PPM
Response time:: Less than 120 seconds
Recovery time: :Less than 120 seconds
Repeatability: :Less than +- 1%
The principle of sensor: :Electrochemical principle, life for two yearsGas detector:gas monitorNH3 detector:Ammonia Gas Detector
Brand SMART SENSOR
Color Black + Grey
Display Larger LCD display
Gas Type Ammonia ( NH3 ) gas detectir
Measuring range 0~100PPM
Resolution 0.1PPM
Basic error: 0.5PPM
Response time: Less than 120 seconds
Recovery time: Less than 120 seconds
Repeatability: Less than 1%
Measuring Principle Electrochemical principle, life for 2 years
Low / High Alarm / Alarm Setting yes
To alarm:
Acoustic, optical double alarm, can set the alarm value, an alarm
sound is divided into 80 dB
Working Temperature: -20~ 50
Working Humidity : 95%RH (Non Gel)
Storage Temperature : 0~40
Product Weight / Size: 170g / 181*63*30(mm)
Power Supply 3.7V li-battery
Continuous Operation Time 60 hours
Packing Gift Box
Application: Farms, animal farm ammonia detection;
Ambient air monitoring and evaluation,
Landfill ammonia detection;
Frozen field ammonia concentration;
Dangerous space into the detection;
Shop and workshop etc and the surrounding places
ammonia detection;
After decorating the house ammonia detection;
Storage tanks, pipelines, valves, leakage detection;
Waste field survey;
Packing Contents 1pc AR8500 Ammonia Gas
1pc User manual
1pc Carrying brouch
1pc 3.7V rechargable lithium battery
1pc Battery charger

http://www.saranaternak.com/product/ammonia-gas-nh3-detector-monitor-tester-smart-sensor-ar8500/

Waspadai Gas Berbahaya dalam Kandang

Udara, suatu zat yang tidak berwarna dan tidak berbentuk namun keberadaan dan ketersediaanya menjadi hal yang sangat vital bagi kehidupan, termasuk juga pada ayam. Munculnya kasus penyakit pernapasan di peternakan ayam akibat peternak telat membuka tirai atau litter terlalu basah, bukanlah hal yang asing lagi terjadi.

Semua kondisi tersebut berkaitan dengan ketersediaan udara bersih di dalam kandang. Jika kuantitas dan kualitas udara buruk, maka ayam sudah pasti akan bermasalah. Nah, sebelum membahas bagaimana cara mempertahankan kualitas udara di dalam kandang, ada baiknya kita mengenal beberapa gas berbahaya yang menjadi sumber iritasi bagi ayam.


Amonia, Penyebab Bau dan Sumber Iritasi Utama Bagi Ayam

Salah satu masalah yang biasa muncul di peternakan ayam adalah masalah bau kandang. Bau yang menyengat terkadang menjadi penyebab munculnya komplain dari masyarakat (jika lokasi kandang dekat dengan pemukiman). Belum lagi adanya dampak serius terhadap kesehatan dan produktivitas ternak maupun para pekerja kandang. Lalu, adakah cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi bau kandang tersebut?

Kandang yang berbau menyengat biasanya disebabkan oleh kandungan amonia yang tinggi. Amonia adalah gas yang dihasilkan dari proses perombakkan sisa-sisa nitrogen yang terdapat dalam feses oleh bakteri ureolitik. Amonia sendiri di lingkungan terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk terikat atau terlarut dalam cairan feses (NH4OH) dan bentuk gas (NH3).

Indonesia yang beriklim tropis dengan sistem dan tatalaksana pemeliharaan yang belum sepenuhnya benar, maka hampir bisa dipastikan kadar gas amonia yang dihasilkan sangatlah tinggi. Keadaan ini belum disadari sepenuhnya, apalagi dampak dari tingginya gas amonia tersebut. Sebagai contoh nyata adalah masih banyaknya farm yang jarak antar kandangnya hanya berkisar 5 meter saja, sehingga aliran udara tidak lancar yang berakibat tertimbunnya gas amonia di dalam kandang.

Begitu juga dengan kotoran ayam (layer) yang kadang menumpuk sampai berbulan-bulan, padahal alas kandangnya sangat rendah dan lembab. Belum lagi jika kepadatan kandang (broiler) melebihi ukuran standar, sehingga litter menjadi cepat basah dan akhirnya gas amonia menumpuk dalam kandang ayam broiler tersebut.

 Efek tingginya amonia
Gas amonia mempunyai daya iritasi yang tinggi, terutama pada mukosa membran pada mata dan saluran pernapasan ayam. Terlebih lagi jarak antara saluran pernapasan ayam dengan feses, sebagai sumber amonia begitu dekat (< 20 cm). Tingkat kerusakan akibat amonia sangat dipengaruhi oleh konsentrasi gas ini.

Di dalam kandang ayam, konsentrasi amonia cukup bervariasi antara 5-90 ppm. Sedangkan rekomendasi umum untuk kandungan amonia yang aman dan belum menimbulkan gangguan pada ayam ialah di bawah 20 ppm (Ritz et al., 2004). Di luar ambang batas aman ini, amonia akan menimbulkan kerugian pada ayam, baik berupa kerusakan membran mata dan pernapasan sampai hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi telur (Tabel 1).
Amonia dengan kadar tinggi secara tidak langsung juga bisa memicu kasus infeksi penyakit saluran pernapasan seperti CRD, korisa, ND, AI, IB dan ILT. Hal ini tidak lain disebabkan adanya kerusakan membran saluran pernapasan yang merupakan gerbang pertahanan terhadap infeksi bibit penyakit.

Efek lainnya ialah timbul gangguan pembentukan kekebalan tubuh, baik yang bersifat lokal maupun humoral. Produksi kekebalan lokal (IgA) yang terdapat dalam saluran pernapasan atas akan mengalami gangguan akibat rusaknya sel-sel epitel oleh iritasi amonia. Sedangkan kadar amonia yang tinggi dalam darah (akibat terhisap dalam jumlah besar) menyebabkan stres pada sel-sel limfosit sehingga produksi antibodi (IgG dan IgM) juga mengalami gangguan (North, 1984).
Deteksi amonia
Berdasarkan pengalaman di lapangan, kandang postal dengan litter memiliki potensi gangguan amonia lebih besar dibanding kandang slat/panggung. Sebab, amonia memiliki massa jenis lebih tinggi daripada udara. Akibatnya, pada kandang litter, ayam akan langsung menghirup amonia terus menerus.

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi kadar amonia di kandang, di antaranya dengan memakai alat indikator amonia. Poin terpenting ketika menggunakan alat tersebut ialah meletakkannya pada ketinggian yang tepat, misalnya saja ± 10 cm dari lantai atau setara dengan tinggi kepala ayam.

Jika terlalu dekat ke lantai, maka amonia yang terukur akan terlalu pekat. Sedangkan jika terlalu tinggi, amonia yang terukur terlalu kecil karena amonia cenderung sudah terbawa angin/udara sekitar. Oleh karena itu, cara termudah yang bisa diaplikasikan oleh peternak untuk mengetahui kadar amonia di dalam kandang adalah dengan indera penciuman. Bila kita masuk ke kandang dan bau kotoran sudah mulai menyengat, maka kadar amonia sudah bisa dikatakan berlebihan.


Sumber Iritasi Lainnya

Di dalam udara kandang, selain amonia masih ada beberapa macam gas yang juga bisa menimbulkan iritasi pada ayam jika kadarnya berlebihan. Gas-gas ini sebagian juga diketahui terakumulasi dalam feses. Gas tersebut, antara lain:

Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida (CO2) adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan satu setengah kali lebih berat dibandingkan udara bersih (O2). CO2 dihasilkan dari limbah proses metabolisme tubuh (proses pernapasan, red) bersamaan dengan dihasilkannya panas tubuh. Gas ini bisa menyebabkan gangguan sesak napas pada ayam jika kadarnya sangat berlebihan. Konsentrasi maksimum CO2 yang masih direkomendasikan untuk kandang ayam adalah 2500 ppm. Beberapa penelitian melaporkan bahwa saat konsentrasi CO2 sudah mencapai 3500 ppm, maka akan muncul nodul-nodul pada paru-paru sehingga kerja paru-paru terganggu dan ayam menjadi peka terhadap serangan bibit penyakit (Alchalabi, Poultry International, 2001).

Hidrogen sulfida (H2S)
Meski jarang terdengar, hidrogen sulfida merupakan gas beracun yang dihasilkan dari penguraian materi organik, seperti feses oleh bakteri anaerob. Gas ini bisa merusak sistem pernapasan ayam dan menghambat sistem enzim. Ayam yang menghirup hidrogen sulfida dengan konsentrasi 2.000-3.000 ppm selama 30 menit akan mengalami gangguan pernapasan. Selain itu, ayam juga bisa mati saat menghirup H2S dengan kadar 4.000 ppm selama 15 menit.

Hipoksia
Hipoksia merupakan suatu keadaan kekurangan oksigen yang dapat dipicu oleh penurunan kadar oksigen (O2) dalam udara sehingga ketersediaan O2 untuk proses metabolisme tubuh menjadi berkurang. Hipoksia sendiri secara tidak langsung bisa memicu kejadian hidrops ascites.

Hidrops ascites merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan pengumpulan cairan pada rongga tubuh. Kondisi ini awal mulanya disebabkan oleh kurangnya kapasitas paru-paru untuk menyediakan oksigen. Ayam yang menderita hidrops ascites akan terlihat “gendut” terutama di bagian perut dan jika diraba akan terasa ada cairan di dalamnya. Adanya timbunan cairan dalam rongga perut tersebut akan menyebabkan ayam sulit bergerak sehingga menjadi lebih malas, serta nafsu makan dan minumnya menurun. Tak jarang ayam juga mengalami kematian mendadak dengan posisi tubuh terlentang.


Faktor penyebab kondisi hipoksia

Kondisi hipoksia bisa tercipta dalam kandang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas sumber iritasi seperti amonia, CO2 dan H2S. Amonia misalnya, akan mudah sekali meningkat saat kondisi feses dan litter basah atau lembab. Kondisi ini bisa saja dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya:

1. Feses yang dikeluarkan ayam basah

Poin awal permasalahan peningkatan kadar amonia ialah feses yang dikeluarkan ayam dalam kondisi basah. Feses basah bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya infeksi saluran pencernaan, baik karena necrotic entritis, koksidiosis, colibacillosis maupun jamur, sehingga pencernaan dan penyerapan ransum menjadi terganggu. Feses pun menjadi basah.

Selain karena infeksi bibit penyakit, kandungan garam dan protein kasar yang terlalu tinggi dalam ransum juga dapat menyebabkan feses menjadi basah (diare). Kondisi tersebut akan mengganggu kerja ginjal dalam membuang asam urat, sehingga feses menjadi lebih basah dan kandungan asam uratnya (“bahan baku” amonia, red) semakin tinggi.

2. Manajemen litter yang kurang optimal

Salah satu fungsi litter yaitu membantu penyerapan air yang ada pada feses sehingga lebih cepat kering. Jika kualitas dan kuantitas litter kurang baik maka feses akan menjadi basah. Kondisi ini tentu saja akan mendukung terbentuknya amonia. Manajemen litter yang kurang baik, seperti tidak ada pembolakbalikan litter dan adanya tumpahan air minum juga akan mengakibatkan hal ini.


3. Kandang terlalu padat

Semakin tinggi kepadatan ayam, feses yang menumpuk per m2 luasan kandang semakin banyak dan daya serap litter menjadi terbatas. Akibatnya kadar amonia menjadi lebih tinggi.


4. Sistem sirkulasi udara yang terhambat

Sirkulasi udara yang terganggu karena jarak kandang yang terlalu dekat, kandang terlalu dekat dengan tebing atau terlalu banyak pepohonan, akan mengakibatkan pembuangan gas-gas berbahaya menjadi terhambat. Selain itu bisa menghambat pengeringan feses oleh aliran angin. Akibatnya kadar gas seperti amonia, CO2 dan H2S akan lebih cepat meningkat.

Cara Menciptakan Udara Bersih

Setelah kita bisa mengetahui dan menganalisis penyebab meningkatnya kadar amonia dan gas berbahaya lainnya dalam kandang, maka langkah selanjutnya ialah mencari solusi untuk mengatasi faktor penyebab tersebut, yaitu:

Atasi kasus infeksius penyebab feses basah
Ketika terjadi kasus infeksi penyakit bakterial yang menyerang saluran pencernaan, segera lakukan tindakan pengobatan agar kejadian feses basah/diare bisa dihentikan. Obat harus diberikan dalam 2 x pemberian, yaitu pukul 06:00 – 12:00 dan 12:00 – 18:00. Sedangkan malam hari diberikan air minum plus vitamin (Fortevit atau Vita Stress) atau air minum biasa. Keberhasilan pengobatan ini juga sangat dipengaruhi oleh ketepatan diagnosa. Jika perlu lakukan uji laboratorium (MediLab) untuk memastikan diagnosa.

Cek dan perbaiki kualitas nutrisi ransum
Terkait kasus feses basah yang disebabkan oleh kualitas nutrisi ransum, sebaiknya periksa kadar protein kasar dan garam di Medion Laboratorium (MediLab). Sesuaikan kadar protein kasar dan garam dengan kebutuhan ayam. Selain itu, pastikan asupan ransumnya juga sesuai dengan standar kualitas ransum. Bisa saja kualitas ransum ayam sudah sesuai namun karena feed intake yang berlebihan menyebabkan kadar protein dan garam terlalu berlebih.

Manajemen litter yang baik
Manajemen litter ini dimulai dari pemilihan bahan litter yang berkualitas (kering, tidak berdebu, mampu menyerap air secara optimal) dalam jumlah yang cukup (tidak terlalu tipis). Pada 3 hari setelah chicks in lakukan pembolak-balikan litter secara teratur setiap 3-4 hari sekali. Selain itu, perbaiki atap yang bocor dan alas slat yang rusak, serta hati-hati membawa tempat minum ayam saat dilakukan penggantian air minum agar litter tidak terkena banyak tumpahan air yang mengakibatkan litter cepat basah.

Jika litter basah dan menggumpal dalam jumlah sedikit, terutama di sekitar tempat makan, tempat minum dan di depan pintu segera ambil dan ganti dengan yang baru. Namun jika jumlah litter yang menggumpal banyak, alangkah lebih baik jika ditambahkan litter baru.

Atur kepadatan kandang
Kepadatan kandang ideal per 1 m2 untuk ayam pedaging dewasa ialah 6-8 ekor dan ayam petelur 8-10 ekor. Saat awal (masa brooding) lakukan pelebaran sekat kandang secara teratur sesuai pertumbuhan ayam sampai seluruh kandang ditempati.

Pengaturan sirkulasi udara
Hal ini dilakukan dengan memperhatikan manajemen buka tutup tirai sesuai dengan arah datangnya angin serta menambahkan blower atau fan (kipas). Yang perlu diperhatikan ialah angin jangan mengenai tubuh ayam langsung dan kecepatannya sebaiknya tidak lebih dari 2,5 – 3 m/detik untuk ayam dewasa atau < 0,3 – 0,6 m/detik. Pembukaan tirai kandang juga sebaiknya dimulai dari atas ke bawah agar anak ayam tidak langsung terkena aliran angin.


Mengontrol Amonia

Fokus berbicara mengenai amonia, peternak sudah sering menghadapi masalah pelik terkait bau amonia yang sangat menyengat di kandangnya. Jika konsentrasi amonia sudah sangat tinggi dan baunya sudah sangat menyengat, maka peternak harus segera mengambil tindakan untuk menguranginya. Selain dengan mengatur sirkulasi udara dan memperbaiki manajemen pemeliharaan ayam, peternak juga bisa menggunakan zat kimia tertentu yang mampu bekerja mengikat amonia.

Mengingat bahaya yang ditimbulkan amonia sangat besar, khususnya bagi usaha peternakan di Indonesia dengan iklim tropis dan tata laksana pemeliharaannya, maka diperlukan tindakan yang terencana dan tepat guna untuk penanggulangannya.

Dari salah satu penelitian dilaporkan bahwa ekstrak tanaman herbal Yucca schidigera terbukti sangat efektif digunakan untuk mengikat amonia. Menyadari hal tersebut, maka saat ini Medion telah memproduksi produk pengikat amonia yang dibuat dari ekstrak Yucca schidigera. Produk tersebut adalah Ammotrol. Ammotrol aman digunakan setiap hari dalam jangka waktu lama untuk mengikat amonia tanpa menimbulkan efek samping dan residu. Pemberian Ammotrol juga relatif mudah, cukup disemprotkan ke feses atau dilarutkan dalam air minum, serta bisa diberikan bersamaan/dicampur dengan vitamin atau antibiotik.

 Bagaimana Kinerja Ammotrol dalam Mengurangi Kadar Amonia di Kandang?

Di dalam Ammotrol terkandung glycocomponent yang dapat mengikat amonia, baik yang diproduksi di dalam saluran pencernaan maupun amonia yang berasal dari feses, sehingga mencegah pelepasan gas beracun tersebut ke udara bebas. Dari trial Research and Development (R&D) Medion, telah terbukti bahwa Ammotrol efektif menurunkan kadar amonia dalam kandang.

Dalam trial tersebut, R&D Medion melakukan uji tanding Ammotrol dengan produk sejenis yang mengandung bioflavonoid dan polyphenol (produk “X”), serta probiotik/effective microorganism (EM) (produk “Y”) di kandang ayam layer komersial.

Ammotrol disemprotkan pada feses tiap 3 hari sekali selama jangka waktu 3 minggu. Setelah itu, kadar amonia pasca penyemprotan diukur setiap minggunya dan hasilnya dibandingkan dengan data awal sebelum penyemprotan, serta dibandingkan dengan produk sejenis maupun kontrol (tidak diberi tambahan apapun) (Grafik 1).



Dari trial tersebut (Grafik 1), terlihat bahwa penyemprotan Ammotrol mampu menurunkan kadar amonia sebesar 8 ppm (atau sekitar 42,11% dari kadar amonia pengukuran awal) dibanding produk lain sejenis yang mengandung zat aktif probiotik/EM, flavonoid dan polyphenol.

Dari seluruh bahasan di atas bisa disimpulkan bahwa kualitas udara sangat mempengaruhi kenyamanan hidup ayam di dalam kandang. Jika kualitas udara baik, maka ayam pun bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, peternak wajib mengurangi konsentrasi gas yang mampu menurunkan kualitas tersebut. Salah satu caranya dengan menggunakan Ammotrol. Semoga bahasan artikel kami kali ini bisa memberikan informasi baru bagi Anda sebagai peternak. Salam sukses selalu!



Info Medion Edisi Juni 2013

sumber : https://info.medion.co.id/index.php/artikel-broiler/artikel-tata-laksana/1049-waspadai-gas-berbahaya-dalam-kandang