Kamis, 01 Januari 2009

Biosekuriti dan Sanitasi Kunci Pengendalian Penyakit Gumboro


Penyakit IBD (Infectious Bursal Disease) atau yang biasa dikenal dengan gumboro pada unggas, ternyata tidak hanya dapat diselesaikan dengan pemberian vaksin Gumboro. Para ahli sepakat, pengendalian kasus gumboro, kuncinya ada di biosekuriti dan sanitasi lingkungan

Berdasarkan penelitian para tenaga ahli di lapangan Kasus Gumboro bersifat musiman, artinya pada musim tertentu akan mewabah apabila di wilayah atau kandang tersebut penerapan standar pemeliharaannya rendah. Pengendalian kasus gumboro yang paling kritis sejatinya ada di manajemen kandang, utamanya biosekuriti. Pada kandang dengan biosekuriti ketat, bisa dipastikan kasus gumboro bisa jauh ditekan. Meski vaksinasi yang tepat, tetapi pelaksanaan biosekuriti atau sanitasi lingkungan kandang yang rendah akan menjadi pemicu. Manajemen sanitasi tetap menjadi syarat mutlak dalam kesehatan kandang yang merupakan kunci pengendalian penyakit

Gumboro. Salah satu contoh adalah sinar matahari yang banyak, itu menjadi nilai plus yang bisa digunakan sebagai sarana pengendalian berbagai penyakit. Virus IBD tergolong dalam virus yang tidak beramplop (tidak berselubung). Dan sebagaimana karakter virus tak beramplop biasanya tidak mudah dimatikan. Diperlukan desinfektan tertentu untuk dapat menghancurkan virus. Tips yang dapat digunakan untuk disinfeksi kandang ayam yang pernah tercemar virus gumboro.

Disarankan penggunaan formalin 10 % (1 bagian formalin 38 % dicampur ke dalam 9 bagian air) atau dengan 0,25% larutan soda api (2,5 gram soda api kedalam 1 liter air). Larutan disiramkan pada permukaan tanah yang baru, artinya tanah kandang apabila belum disemen. Kemudian sekitar 2 - 3 m tanah seputar/keliling kandang harus di-scrap (dikikis) sedalam 3 - 5 cm, karena tanah tersebut sudah tercemar virus gumboro. Setelah di-scrap, disiram dengan larutan formalin 10% dan/atau larutan soda api 2,5% baru ditaburkan kapur gamping di seluruh permukaannya. Selain itu alas kaki harus dilepas dantidak boleh dibawa masuk ke dalam kandang, tanah hasil scrapping dibuang jauh dari kandang, ranting, sampah dan daun dibakar. Kesemuanya, dinilai cukup tuntas untuk kontrol virus gumboro pada kandang yang pernah terkena wabah gumboro. Virus gumboro banyak ditularkan ke anak ayam terutama melalui alas kaki (litter).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan virus gumboro bisa bertahan hidup di lingkungan tanah yang lembab lebih dari 3 tahun. Maka, situasi tanah di sekitar kandang broiler/layer berkorelasi positif pada tingkat kejadian gumboro. Litter yang lembab dan tercemar yang bercampur feces sangat mudah terkontaminasi virus. Pemberian vaksinasi semata tanpa dibarengi perbaikan biosekuriti dan sanitasi, tidak akan pernah mampu menekan kejadian dan keparahan IBD. Sehingga pemberian vaksin pada anak ayam harus juga diimbangi dengan pengelolaan biosekuriti dan sanitasi baik dan benar.

Sumber : Majalah Trobos
Editor : Anik Lastiati, Drh.
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur - Situs Resmi
http://www.disnak-jatim.go.id/web

2 komentar:

Unknown mengatakan...

bagaimana dengan kandang panggung... ?

toni komara mengatakan...

menurut saya justru kandang panggung lebih mudah dalam penerapan program sanitasi kandang.