Budidaya
broiler semakin hari, semakin banyak tantangannya, olehnya itu kualitas kinerja
para pelaku budidaya harus terus-menerus ditingkatkan agar performa yang
diperoleh selalu lebih baik.
Beberapa
tahun yang lalu dalam hal budidaya lebih diprioritaskan pada :
1.
Pakan
2.
Air
3.
Ventilasi
Namun saat
ini diprioritaskan pada :
1.
Ventilasi
2.
Air
3.
Pakan
Melihat kenyataan ini ternyata dalam budidaya broiler tidak
bersifat stabil akan tetapi sangat dinamis, oleh karena itu kinerja operator
kandang harus selalu ditingkatkan dari periode ke periode pemeliharaan. Saat
ini bahkan beberapa teori-teori lama masih sangat dipertahankan oleh beberapa
kalangan peternak, dimana
teori-teori tersebut sudah tidak seiring
dengan laju perkembangan genetik ayam broiler sehingga performa akhir
pemeliharaan tidak memuaskan hasilnya.
Terkadang peternak atau operator kandang
masih mengacu pada pola pemeliharaan yang tidak melihat kondisi ayam, akan
tetapi berdasarkan hanya kebiasaan dalam budidaya, sehingga pada hasil akhir
pemeliharaan tidak sesuai dengan
harapan. Para peternak untuk mendapatkan hasil yang maximal harus selalu
memenuhi kebutuhan ayam yang dipelihara, termasuk sistem perkandangannya.
Sistem perkandangan untuk budidaya broiler di
Indonesia mayoritas masih menggunakan sistem terbuka (open house), padahal induk (Parent
Stock) dari final Stock (DOC) sudah dipelihara dengan sistem
perkandangan dengan closed house system,
sepantasnya DOC Final Stock juga
harus dipelihara dalam kondisi kandang closed
house system untuk mengantisipasi Heat Stress sehingga didapatkan performa yang lebih baik. Selain
dari itu kondisi iklim di Indonesia yang tropis di tambah lagi dengan pengaruh Global Warming, semakin susah untuk menghindari
heat stress pada unggas. Kondisi heat
stress mampu menurunkan performa produksi, karena mengakibatkan penurunan feed intake, penurunan daya tahan tubuh
serta penurunan kualitas karkas.
Perpindahan
panas pada unggas dapat terjadi dengan beberapa cara, di antaranya ialah
sebagai berikut :
1.
Radiasi
Transfer
panas dari objek yang hangat ke objek yang dingin melalui gelombang
elekromagnetik. Di dalam kandang kehilangan panas melalui radiasi sangat
sedikit, karena suhu permukaan kandang memiliki suhu yang lebih rendah dari
suhu permukaan ayam.
2.
Konduksi
Transfer
panas melalui medium padat, kehilangan panas sangat sedikit dikandang hanya
selama cuaca panas. Alas kandang merupakan isolator yang baik mengurangi
kehilangan panas konduktif dari ayam ke lantai. Pengecualian dengan ayam
dikandang dengan lantai beton tanpa ada alas kandang atau ayam dalam sangkar.
3.
Konveksi
Transfer
panas melalui fluida bergerak, pergerakan udara dari ayam selama cuaca panas,
panas ditransfer dari ayam ke udara.
Akan
tetapi meskipun mayoritas kandang untuk budidaya broiler masih sistem terbuka (open house) bukan berarti hasil budidaya broiler gagal
total, karena permasalahan tersebut
dapat diantisipasi dengan :
1.
Membangun kandang di lokasi yang memiliki
ventilasi atau sirkulasi udara yang cukup baik
2.
Membangun kandang dengan arah yang tepat,
membujur dari timur ke Barat
3.
Membangun kandang dengan konstruksi yang
tepat
4.
Membangun kandang dengan jarak yang tepat,
sehingga ventilasi dilingkungan kandang lebih lancar, seperti Gambar 5 dibawah ini :
Jarak antara kandang yang satu dengan yang
lainnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :
D = 0.4 x
H x L0.5
Keterangan :
D = Jarak antara kandang
(Diukur dari bubungan kandang satu dengan bubungan kandang berikutnya).
0.4 =
Konstanta.
H =
Tinggi Kandang.
L = Panjang Kandang
0.5 =
Konstanta
5.
Menggunakan atap kandang yang sesuai.
Untuk mengurangi transfer panas dari atap ke
ayam sebaiknya digunakan atap kandang dari alang-alang (daerah Nusa Tenggara
Barat), dari daun Rumbia (daerah Sulawesi), akan tetapi umur pakai atap seperti
ini hanya berkisar antara 1,5 – 2 tahun. Penggunaan atap berbahan asbes,
genteng, zeng galvanis diperbolehkan jika mengikuti konstruksi pembuatan
kandang.
6.
Penambahan
kipas didalam kandang
Untuk mengantisipasi panas yang ada dalam
kandang dapat diatasi dengan penambahan Fan didalam kandang.
7.
Mengatur
density ayam dalam kandang.
Sebaiknya kandang didaerah panas diisi dengan
kepadatan ayam di dalam kandang berkisar antara 12 – 13 kg/m2.
8.
Sistem Pengaturan Tirai Kandang Yang
Sesuai Kebutuhan Ayam, tirai kandang di gulung dari atas ke
bawah, tirai digulung dengan rapi.
9.
Pelebaran area brooding sesuai dengan kondisi
ayam, tidak mengikuti kebiasaan.
10.
Mengubah kandang open house system menjadi closed
house system
Karena kondisi lingkungan yang tidak menentu
sebaiknya kandang open house di modifikasi menjadi kandang closed house bagi yang sudah memiliki kandang, akan tetapi bagi
yang baru mau memulai budidaya broiler,
sebaiknya kandang yang dibangun closed house
system.
Kesimpulan :
Dengan semakin banyaknya tantangan dalam budi
daya broiler, terutama dalam hal kondisi lingkungan yang panas dan susah
dikendalikan, maka disarankan agar
supaya mengantisipasi kondisi lingkungan yang panas. Sudah saatnya para pelaku
bisnis perunggasan beralih dari open house
system ke closed house system.
Selengkapnya simak di Majalah Poultry Indonesia edisi
cetak September 2011
Sumber : http://www.poultryindonesia.com/modules.php?name=News&file=article&sid=1562
0 komentar:
Posting Komentar