Minggu, 26 Juni 2016

Heat Stress dan Cara Menanganinya




Stress merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan respon tubuh baik fisiologis, kimia maupun tingkah laku terhadap segala bentuk perubahan dan gangguan fisik dari luar tubuh yang dinamakan stressor. Stress merupakan ungkapan umum tentang penyesuaian fisiologis dan perilaku seperti perubahan denyut jantung, respirasi, temperatur dan tekanan darah yang terjadi jika makhluk hidup mengalami kondisi yang merupakan stressor baginya. Unggas akan mengalami stress jika terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau pada saat toleransi terhadap lingkungan menjadi rendah.
Salah satu bentuk stress yang sering terlihat pada spesies unggas adalah heat stress atau stress panas. Unggas merupakan hewan homeotermik...
Stress merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan respon tubuh baik fisiologis, kimia maupun tingkah laku terhadap segala bentuk perubahan dan gangguan fisik dari luar tubuh yang dinamakan stressor. Stress merupakan ungkapan umum tentang penyesuaian fisiologis dan perilaku seperti perubahan denyut jantung, respirasi, temperatur dan tekanan darah yang terjadi jika makhluk hidup mengalami kondisi yang merupakan stressor baginya. Unggas akan mengalami stress jika terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau pada saat toleransi terhadap lingkungan menjadi rendah.
Salah satu bentuk stress yang sering terlihat pada spesies unggas adalah heat stress atau stress panas. Unggas merupakan hewan homeotermik dimana secara alamiah akan berusaha menstabilkan suhu tubuh bila terjadi perubahan dilingkungan, baik suhu yang menjadi tinggi maupun rendah. Mekanisme untuk mempertahankan suhu dalam kondisi normal inilah yang nantinya dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh unggas. Secara normal suhu tubuh unggas dalam hal ini ayam memiliki rentang dan variasi yang lebih luas bila dibanding dengan suhu mamalia, hal ini menyebabkan tidak adanya nilai absolut untuk suhu tubuh ayam. Rentang batas suhu tubuh normal ayam dewasa adalah 105°F-107°F (40.6°-41.7°C) sedangkan suhu tubuh pada DOC yang baru menetas kurang lebih 103.5°F (39.7°C), dan meningkat secara pasti setiap harinya sampai dicapai suhu yang optimal pada usia tiga minggu. Untuk dapat berproduksi dan berkembang dengan baik dan optimal maka unggas harus dipelihara dalam kisaran suhu nyaman atau comfort zone dari lingkungan. Comfort zone untuk unggas umumnya berkisar 25°C – 28°C dengan kelembaban 60% - 70%, selain itu thermal comfort zone untuk unggas tergantung dari spesies dan umur dimana unggas dengan umur muda lebih sensitif terhadap perubahan suhu, berat badan, sistem perkandangan, pakan, kelembaban, sirkulasi udara dan status kesehatan.
Gambar 1. Comfort zone untuk unggas.
Batas bawah untuk comfort zone unggas adalah sebesar 68oF yang merupakan batas ambang sebelum kematian unggas karena suhu yang sangat rendah, sedangkan batas atas sebagai batas ambang sebelum unggas mati karena suhu yang sangat tinggi adalah sebesar 113°F – 117°F. Perilaku unggas saat berada pada kisaran suhu A atau pada suhu dingin adalah dengan cara saling merapat atau menumbuhkan bulu, sedangkan perilaku yang ditunjukkan pada kisaran suhu B atau hangat adalah dengan menjauhkan sayap dan bulu dari tubuh serta menurunkan intake pakan. Istilah perubahan tingkah laku unggas itu disebut heat stress.
Heat stress dapat pula terjadi saat kombinasi suhu lingkungan dan kelembapan melebihi heat stress index. Heat stress index adalah angka yang diperoleh bila kita memadukan antara suhu terukur ruangan dengan kelembapan udara, atau yang lebih dikenal dengan suhu efektif. Suhu efektif adalah suhu yang benar-benar dirasakan oleh unggas, misalnya suhu yang terukur pada alat adalah 30°C dan kelembapan yang terjadi pada saat itu adalah 85% maka suhu yang benar-benar dirasakan ayam adalah lebih dari 30°C, lain halnya saat suhu yang terukur di alat adalah 30°C dengan kelembapan udara 55% - 60% maka suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam adalah 30°C, sehingga kombinasi dari suhu terukur dan kelembapan relatif yang dirasakan oleh ayam disebut suhu efektif. Suhu efektif bila dihubungkan dengan heat stress maka akan menghasilkan sutu index yang menjadi ukuran tingkatan, apakah ayam masih dapat beradaptasi atau tidak terhadap kondisi cuaca, yang disebut Heat Stress Index. Heat stress index yang masih dapat ditolerir oleh ayam adalah 160, Heat stress index standar anak ayam umur sehari (DOC) adalah 155 sedangkan umur 35 hari adalah 140. Ayam akan mulai mengalami panting bila Heat Index di atas 155, dan kelembaban merupakan bagian utama dari perhitungan heat stress index. Heat stress index diperoleh dengan mengkalkulasi suhu dan % kelembaban relatif (%RH) dengan menjumlahkan suhu dalam satuan Fahrenheit dengan % kelembaban relatif (%RH) terukur, pada contoh, suhu 30oC (86°F) dengan % kelembaban relatihf (%RH) terukur adalah 85%, maka heat stress index adalah 171, jauh di atas 160 maka dapat dipastikan ayam saat itu mengalami panting. Sedangkan pada suhu 30oC (86°F) dengan kelembapan 65% maka heat stress index yang diperoleh adalah sebesar 151 maka pada ayam umur awal akan berkembang secara optimal.
Tabel 1. suhu dan kelembapan saat brooding broiler.
Umur
(Hari)
Suhu (°C)Suhu (°F)Kelembapan udara (%)Heat Stress Index
1329065155
2329065155
3329065155
4318865153
5318865153
6318865153
7308665151
8308665151
9308665151
10308665151
11308665151
12308665151
13308665151
14308665151
Suhu °F diperoleh dari = (9/5 x °C) + 32°C Heat stress index diperoleh dari = °F + % RH Bila heat stress yang dicapai lebih dari 155, maka beberapa reaksi yang akan terjadi antara lain pada angka 160 maka akan terjadi penurunan feed intake, peningkatan water intake dan penurunan performance, pada angka 165 akan terjadi kematian dan kerusakan permanen pada paru-paru dan sistem peredaran darah, dan pada angka 170 maka akan terjadi kematian yang sangat tinggi.
Respon yang terlihat pada tingkah laku ayam yang mengalami heat stress antara lain : Memperluas area tubuh dengan tujuan untuk memperluas bidang aliran panas dari tubuh hewan ke lingkungan kandang, cara yang dilakukan antara lain merenggangkan, menggantungkan dan melebarkan sayap. Peningkatan aliran darah ke perifer, dengan tujuan meningkatkan aliran darah pada bagian luar dari tubuh sehingga banyak panas dari dalam tubuh yang mengalir ke lingkungan, daerah perifer yang sering mengalami proses peripheral vasodilatation adalah jengger, pial dan ceker, sehingga warnanya menjadi lebih merah dan panas. Panting adalah respon tubuh ayam terakhir setelah upaya-upaya sebelumnya yang dilakukan tidak memberikan hasil yang optimal, panting adalah kegiatan membuka mulut untuk mengeluarkan udara dan uap air dari tenggorokan sebagai upaya penurunan panas tubuh, mekanisme ini merupakan analog dari pengeluaran keringat pada manusia karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat. Apabila panting yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap pengembalian suhu tubuh ayam maka ayam akan mulai lemas, kehabisan tenaga dan dapat terjadi kematian.
Akibat yang dapat ditimbulkan apabila ayam mengalami heat stress adalah peningkatan intake minum dan penurunan intake pakan, hal ini dilakukan sebagai kompensasi dari kegiatan panting ayam. Penurunan intake pakan akan menyebabkan peningkatan FCR ayam, sehingga akibat yang sering terjadi pada unggas yang mengalami heat stress adalah penurunan produksi baik daging pada broiler maupun telur pada layer, secara kualitas maupun kuantitas.
Tabel 2 :Pengaruh Suhu Terhadap Konsumsi Ransum, Berat Badan dan Berat Telur
ParameterSuhu Kandang (°C)
27,529,230,831,7
Konsumsi pakan (g/hr)113,7102,2101,594,4
Berat Badan (g)1.5891.4411.4001.378
Berat telur medium dan Kecil (%)32,348,456,366,7
Sumber : D.R Sloan & R.H Harms, 1984
Akibat lain yang ditimbulkan dengan kejadian heat stress pada ayam adalah penurunan system imunologi dan pertahanan tubuh ayam terhadap berbagai macam penyakit. Hal ini terjadi karena stress panas dapat menyebabkan penurunan jumlah serta aktifitas dari leucocyte yang dikenal dengan istilah lazy leucocyte syndrome hal ini menyatakan bahwa kemampuan sel leucocyt untuk menjadi sistem pertahanan tubuh ayam menurun sehingga ayam lebih mudah terserang penyakit.
Kompleksitas lain yang dapat terjadi pada ayam yang terserang heat stress adalah bila ayam dipelihara pada daerah kering yang berdebu, seperti diketahui bahwa setiap gram debu akan membawa 105 partikel E.coli. ayam yang mengalami heat stress dengan kondisi system pertahanan tubuh yang rendah, apabila terpapar oleh udara yang berdebu maka akan dengan segera dapat terjangkit oleh berbagai macam penyakit. Pada DOC, heat stress dapat menyebabkan kegagalan penyerapan kuning telur yang nantinya dapat menyebabkan timbulnya masalah lain seperti ompalitis dan maternal antibody yang tidak terbentuk, maka penerapan system brooding yang baik pada masa-masa awal pemeliharaan mutlak diperlukan untuk mencegah masalah dikemudian hari.
Cara-cara yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi heat stress agar tidak berlarut dan merugikan peternak adalah antara lain :
  1. Memberikan air dingin yang sehat, air dingin dapat digunakan untuk membantu unggas dalam upaya menstabilkan suhu tubuh saat udara lingkungan tinggi. Percobaan Leeson dan Summers menunjukkan bahwa pemberian air dengan suhu 2°C pada 50% ayam di kandang lalu kemudian dibandingkan dengan 50% yang diberi air pada suhu 33°C, maka ayam yang diberi air suhu dingin akan mengkonsumsi pakan 12 g lebih tinggi dari pada ayam yang diberi air hangat, selain itu produksi ayam diberi air dingin lebih tinggi 12% disbanding ayam yang diberi air hangat. Air sehat dapat diperoleh dengan memberikan perlakuan pada air berupa pemberian desinfektan air yang food hygine seperti SDIC yang akan menghasilkan klorin saat bereaksi dengan air, seperti produk KLORIN GARD.
  2. Penjarangan ayam, penjarangan dalam satu kandang bertujuan untuk mengurangi kepadatan ayam sehingga lebih merasa nyaman, tidak terlalu panas, padat dan dapat dengan leluasa meradiasikan panas dari dalam tubuh ke lingkungan.
  3. Perlakuan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, adalah tidak melakukan vaksinasi, debeaking atau perlakuan lain pada saat suhu lingkungan tinggi, karena hal ini dapat lebih memperparah kondisi heat stress. Kegiatan seperti diatas dapat dilakukan saat cuaca dingin atau malam hari, pemberian PARAGIN yang mengandung paracetamol sebagai antipiretik dan peningkat laju pertambahan berat badan, sorbitol dan vitamin C dapat digunakan untuk membantu peternak menenangkan ayam karena efek segar dan nyaman pada ayam setelah pemberian PARAGIN.
  4. Pemberian vitamin elektrolit TM-VITA pada air minum dapat digunakan sebagai upaya mengurangi efek heat stress pada ayam melalui perubahan keseimbangan asam basa air dengan penambahan elektrolit. Panting yang dilakukan unggas untuk menstabilkan suhu secara tidak langsung akan mempengaruhi keseimbangan metabolisme tubuh, maka dibutuhkan elektrolit sebagai maintenen evaporasi (penguapan).
  5. Manajemen pemberian pakan, dengan cara tidak memberikan pakan secara langsung, karena diketahui kematian dapat terjadi siang hari walaupun bukan merupakan waktu terpanas pada ayam yang telah diberi makan penuh pada pagi harinya. Hal ini dapat terjadi karena waktu tersebut adalah waktu pencernaan pakan, managemen yang dapat dilakukan adalah dengan memberi 1/3 pakan pada pagi hari kemudian 2/3 pakan pada waktu menjelang sore dan memberikan pakan tambahan yang mengandung calcium maupun mineral lain yang dibutuhkan oleh ayam pada malam hari.
  6. Pemberian vitamin asam amino INTROVIT 4+ WS, pemberian vitamin, yang mengandung vitamin C dapat digunnakan untuk membantu ayam mengatasi heat stress. Penelitian tahun 1960 menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dapat meningkatkan berat telur, tebal cangkang dan produksi telur. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa penambahan ascorbic acid dapat meningkatkan intake pakan, maka penambahan INTROVIT 4+ WS sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pakan pada cuaca panas.
Sumber : http://temanc.com/detail_artikel.php?kode_obat=17

0 komentar: