Close Housed

Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak, menyediakan udara yang sehat bagi ternak, menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak, meminimumkan tingkat stress pada ternak.

Broiler Modern

Ayam pedaging hasil persilangan dari berbagai bangsa ayam pedaging, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan daging secara optimal dan edisien, memiliki keunggulan pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak, yang didukung dengan pakan yang berkualitas dan menajemen pemeliharaan yang maksmila

DOC ( Day Old Chick )

DOC(day old chick), anak yam umur 1 hari sangat menentukan keberhasilan usaha ternak ayam. Kondisi DOC yang baik merupakan modal awal yang sangat penting.

Broiler

Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

Pakan Ayam Broiler

Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

Kemitraan Ayam Broiler

Kerjasama pemeliharaan ayam broiler dengan pola kerjasama inti dan plasma. Kerjasama dilaksanakan atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan antara inti dan plasma.

Sabtu, 03 November 2018

PEMANAS LISTRIK






Spesifikasi:

  • Watt listrik : 600, 900, 1200 dan 1500 watt
  • Kapasitas  : 1000 ekor – 2500 ekor

Keunggulan:

  1. Efisiensi pemanasan lebih tinggi
  2. Tanpa karbondioksida
  3. Tidak ada gas berbahaya/gangguan pernafasan
  4. Pemanasan langsung pada pembalik sakelar/tanpa pra pemanasan/tidak boros energi
  5. Kerusakan jarang terjadi/pengelolaan mudah
  6. Hanya butuh waktu 5 detik untuk menukar lampu karbon
  7. Mudah dipindah dan dipasang
  8. Mudah dikontrol
  9. Tanpa kebocoran gas/resiko kebakaran
  10. Biaya murah
http://www.saranaternak.com/product/pemanas-brooder-elektric-listrik/

Khasiat hati ayam broiler


Hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 85% daging dan 37% hati ayam broiler di Jabotabek mengandung residu kelompok antibiotik penisilin cukup besar. Jika daging dan hati ayam itu dikonsumsi dalam jangka waktu cukup panjang berisiko munculnya berbagai penyakit.

Hal itu diungkapkan dua peneliti, Rusiana dan DN Iswarawanti, pada Seminar SEAMO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) dan Tromed RCCN (Tropical Mendicine Regional Center for Community Nutrition) Universitas Indonesia di Jakarta, Senin (22/12).

Kepada Media, Rusiana yang juga menjabat Kepala Seksi Penilaian Produk Pangan Fungsional Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mengatakan telah melakukan penelitian ayam broiler di Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Sebanyak 80 ekor ayam broiler dijadikan sampel untuk penelitian.

Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata hasilnya 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam broiler itu mengandung residu antibiotik. Rusiana menjelaskan dari sampel daging dan hati broiler itu terdapat residu antibiotik tylosin, penicillin, oxytetracycline, dan kanamycin.

Penelitian sampel kelompok antibiotik menggunakan metode Bioassay dan hasil analisisnya dinilai berdasarkan Codex Alimentarius Commission (CAC) atau standar pangan yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan Dunia (FAO), dan standar European Economic Community (EEC).

“Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa kelompok antibiotik penisilin merupakan residu yang paling banyak ditemukan di hati ayam,” kata Rusiana.

Sementara itu, Iswarawanti menambahkan hati ayam broiler mengandung lebih banyak antibiotik kelompok penisilin dibandingkan daging. Kandungan antibiotik penisilin mencapai 41,3% jika dihitung berdasarkan maximum residue limit–MRL per batas maksimal residu). Angka itu masih di bawah 45% kandungan MRL residu penisilin.

Namun, dia mengingatkan bahwa sebenarnya kelompok antibiotik penisilin itu bukan digunakan untuk ternak ayam, melainkan untuk pengobatan manusia. Jadi, jika daging dan hati ayam broiler itu dikonsumsi dalam jangka waktu panjang sangat membahayakan kesehatan manusia.

Iswarawanti menjelaskan penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi daging dan hati ayam broiler yang mengandung antibiotik itu secara berkepanjangan bisa menyebabkan teratogenic effect, carcinogenic effect, mutagenic effect dan resisten terhadap antibiotik sendiri.

Rusiana menjelaskan bahwa teratogenic effect adalah kandungan antibiotik bisa menyebabkan efek buruk untuk ibu yang mengandung, terutama untuk janinnya. Ibu yang mengandung bisa mengalami keguguran atau bayi yang dilahirkan cacat.

Kalau carcinogenic effect, antibiotik yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan munculnya penyakit kanker. Sedangkan mutagenic effect, antibiotik dapat menimbulkan mutasi bagi mikroorganisme seperti bakteri.

Sementara itu, bagi mereka yang banyak mengonsumsi daging dan hati ayam yang mengandung antibiotik, tubuhnya akan mengalami resistan terhadap reaksi antibiotik. Maka, obat antibiotik yang dikonsumsi orang yang banyak makan hati ayam yang mengandung antibiotik tidak akan menimbulkan efek apa pun.

“Antibiotik itu juga bisa menimbulkan alergi seperti menimbulkan bintik-bintik dan gatal-gatal pada kulit,” tambah Rusiana.

Dia menjelaskan, untuk daging yang kandungan antibiotiknya rendah relatif aman. Tetapi, hati ayam yang banyak ditemukan mengandung lebih banyak antibiotik penisilin sudah perlu hati-hati untuk mengonsumsinya. ”Padahal, selama ini banyak orang yang mengharapkan mendapat asupan zat besi dengan memakan hati ayam. Tetapi, hati ayamnya ternyata belum aman,” katanya.
Hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 85% daging dan 37% hati ayam broiler di Jabotabek mengandung residu kelompok antibiotik penisilin cukup besar. Jika daging dan hati ayam itu dikonsumsi dalam jangka waktu cukup panjang berisiko munculnya berbagai penyakit.

Hal itu diungkapkan dua peneliti, Rusiana dan DN Iswarawanti, pada Seminar SEAMO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) dan Tromed RCCN (Tropical Mendicine Regional Center for Community Nutrition) Universitas Indonesia di Jakarta, Senin (22/12).

Kepada Media, Rusiana yang juga menjabat Kepala Seksi Penilaian Produk Pangan Fungsional Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mengatakan telah melakukan penelitian ayam broiler di Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Sebanyak 80 ekor ayam broiler dijadikan sampel untuk penelitian.

Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata hasilnya 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam broiler itu mengandung residu antibiotik. Rusiana menjelaskan dari sampel daging dan hati broiler itu terdapat residu antibiotik tylosin, penicillin, oxytetracycline, dan kanamycin.

Penelitian sampel kelompok antibiotik menggunakan metode Bioassay dan hasil analisisnya dinilai berdasarkan Codex Alimentarius Commission (CAC) atau standar pangan yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan Dunia (FAO), dan standar European Economic Community (EEC).

“Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa kelompok antibiotik penisilin merupakan residu yang paling banyak ditemukan di hati ayam,” kata Rusiana.

Sementara itu, Iswarawanti menambahkan hati ayam broiler mengandung lebih banyak antibiotik kelompok penisilin dibandingkan daging. Kandungan antibiotik penisilin mencapai 41,3% jika dihitung berdasarkan maximum residue limit–MRL per batas maksimal residu). Angka itu masih di bawah 45% kandungan MRL residu penisilin.

Namun, dia mengingatkan bahwa sebenarnya kelompok antibiotik penisilin itu bukan digunakan untuk ternak ayam, melainkan untuk pengobatan manusia. Jadi, jika daging dan hati ayam broiler itu dikonsumsi dalam jangka waktu panjang sangat membahayakan kesehatan manusia.

Iswarawanti menjelaskan penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi daging dan hati ayam broiler yang mengandung antibiotik itu secara berkepanjangan bisa menyebabkan teratogenic effect, carcinogenic effect, mutagenic effect dan resisten terhadap antibiotik sendiri.

Rusiana menjelaskan bahwa teratogenic effect adalah kandungan antibiotik bisa menyebabkan efek buruk untuk ibu yang mengandung, terutama untuk janinnya. Ibu yang mengandung bisa mengalami keguguran atau bayi yang dilahirkan cacat.

Kalau carcinogenic effect, antibiotik yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan munculnya penyakit kanker. Sedangkan mutagenic effect, antibiotik dapat menimbulkan mutasi bagi mikroorganisme seperti bakteri.

Sementara itu, bagi mereka yang banyak mengonsumsi daging dan hati ayam yang mengandung antibiotik, tubuhnya akan mengalami resistan terhadap reaksi antibiotik. Maka, obat antibiotik yang dikonsumsi orang yang banyak makan hati ayam yang mengandung antibiotik tidak akan menimbulkan efek apa pun.

“Antibiotik itu juga bisa menimbulkan alergi seperti menimbulkan bintik-bintik dan gatal-gatal pada kulit,” tambah Rusiana.

Dia menjelaskan, untuk daging yang kandungan antibiotiknya rendah relatif aman. Tetapi, hati ayam yang banyak ditemukan mengandung lebih banyak antibiotik penisilin sudah perlu hati-hati untuk mengonsumsinya. ”Padahal, selama ini banyak orang yang mengharapkan mendapat asupan zat besi dengan memakan hati ayam. Tetapi, hati ayamnya ternyata belum aman,” katanya.

Ditanya kenapa daging dan ayam brolier mengandung antibiotik terutama penisilin, Iswarawanti mengatakan kemungkinan ketidaktahuan dan tidak adanya penyuluhan bagi peternak ayam. Mereka hanya mengharapkan ayamnya sehat, maka disuntik atau diberi pakan yang mengandung antibiotik.
Sumber : http://masenchipz.com/khasiat-hati-ayam-broiler

ZEOLIT SEBAGAI ALTERNATIF PENURUN EMISI GAS NH3 PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DALAM UPAYA MITIGASI PEMANASAN GLOBAL

Peternakan yang merupakan sub sektor pertanian dianggap sebagai salah satu faktor penyumbang emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar yang diperkirakan mampu menyumbang sebesar 18% emisi gas penyebab pemanasan global. Salah satu usaha peternakan yang berkembang pesat dan memiliki permintaan pasar yang tinggi adalah budidaya ayam broiler. Namun demikian, meningkatnya populasi ayam broiler juga akan memberikan pengaruh negatif bagi
ayam, manusia dan lingkungan akibat peningkatan emisi gas beracun dan partikel lain yang dihasilkan dari ekskreta ayam broiler. Salah satu emisi gas beracun yang menimbulkan kerugian besar bagi peternakan ayam broiler adalah ammonia (NH3). Emisi gas ini dapat berdampak buruk terhadap peningkatan efek rumah kaca dan masalah lingkungan berupa bau tidak sedap. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan solusi alternatif penurunan kadar NH3 sehingga akan berpengaruh secara langsung pada penurunan jumlah emisi gas peternakan yang menjadi faktor penyebab terjadinya pemanasan global.

Populasi ayam broiler pada tahun 2009 mencapai 930.317.847 ekor (Badan Pusat Statistik, 2009) yang asumsikan menghasilkan ekskreta 141,2 ton dan emisi NH3 97.962.469 ppm. Apabila diperkirakan pada tahun 2013 populasi
ayam broiler dapat meningkat sejalan dengan meningkatnya konsumsi daging ayam broiler sebanyak 31% dari 2009 maka jumlah ekskreta ayam broiler yang dihasilkan sekitar 23.764,9 ton sehingga diperkirakan jumlah emisi NH3 yang dihasilkan adalah 128.330.834,8 ppm.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan teknologi yang mudah dan aplikatif sehingga bisa diterapkan secara optimal oleh peternak ayam broiler. Alternatif yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah emisi peternakan tersebut adalah dengan menggunakan zeolit pada litter peternakan ayam broiler. Kadar NH3 yang bisa dikurangi dengan menggunakan zeolit adalah sekitar 35,5% (Rudzik 1998). Apabila teknologi penggunaan zeolit ini diterapkan oleh peternak (minimal 20% dari keseluruhan populasi ayam broiler di Indonesia), maka jumlah emisi NH3 yang dapat dikurangi pada tahun 2009 dan 2013 adalah 34.776.677 ppm dan 82.773.388 ppm NH3 dari total produksi NH3 di Indonesia.

Teknik implementasi yang akan dilakukan dalam menjalankan alternatif ini adalah memberikan pemahaman dan melakukan sosialisasi secara luas kepada peternak ayam broiler tentang pentingnya penambahan zeolit pada litter/ ekskreta ayam broiler untuk menurunkan kadar NH3. Manfaat yang akan didapat dari aplikasi gagasan ini adalah terdapat cara pemanfaatan zeolit sebagai penurun emisi gas beracun dan bau tidak sedap pada ekskreta ayam broiler. Pihak-pihak yang diharapkan dapat membantu dalam implementasi gagasan ini adalah
Kementrian Pertanian, Direktorat Jendral Peternakan dan Dinas Peternakan setempat, Instansi Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset, serta Gabungan Kelompok Peternak.

Download Sumber Tulisan/Tulisan Lengkap

AMMONIA GAS NH3 DETECTOR MONITOR TESTER SMART SENSOR AR8500






Description


Item specifics
Brand Name:SMART SENSOR
Model Number:AR8500DIY
Supplies:Electrical
With LCD Screen Or Not:Yes
Gas Type:Ammonia ( NH3 ) GAS
Detection of gas::Ammonia ( NH3 ) GAS DETECTOR
Measuring range:: 0~100PPM
Resolution: :0.1PPMBasic error: :0.5PPM
Response time:: Less than 120 seconds
Recovery time: :Less than 120 seconds
Repeatability: :Less than +- 1%
The principle of sensor: :Electrochemical principle, life for two yearsGas detector:gas monitorNH3 detector:Ammonia Gas Detector
Brand SMART SENSOR
Color Black + Grey
Display Larger LCD display
Gas Type Ammonia ( NH3 ) gas detectir
Measuring range 0~100PPM
Resolution 0.1PPM
Basic error: 0.5PPM
Response time: Less than 120 seconds
Recovery time: Less than 120 seconds
Repeatability: Less than 1%
Measuring Principle Electrochemical principle, life for 2 years
Low / High Alarm / Alarm Setting yes
To alarm:
Acoustic, optical double alarm, can set the alarm value, an alarm
sound is divided into 80 dB
Working Temperature: -20~ 50
Working Humidity : 95%RH (Non Gel)
Storage Temperature : 0~40
Product Weight / Size: 170g / 181*63*30(mm)
Power Supply 3.7V li-battery
Continuous Operation Time 60 hours
Packing Gift Box
Application: Farms, animal farm ammonia detection;
Ambient air monitoring and evaluation,
Landfill ammonia detection;
Frozen field ammonia concentration;
Dangerous space into the detection;
Shop and workshop etc and the surrounding places
ammonia detection;
After decorating the house ammonia detection;
Storage tanks, pipelines, valves, leakage detection;
Waste field survey;
Packing Contents 1pc AR8500 Ammonia Gas
1pc User manual
1pc Carrying brouch
1pc 3.7V rechargable lithium battery
1pc Battery charger

http://www.saranaternak.com/product/ammonia-gas-nh3-detector-monitor-tester-smart-sensor-ar8500/

Waspadai Gas Berbahaya dalam Kandang

Udara, suatu zat yang tidak berwarna dan tidak berbentuk namun keberadaan dan ketersediaanya menjadi hal yang sangat vital bagi kehidupan, termasuk juga pada ayam. Munculnya kasus penyakit pernapasan di peternakan ayam akibat peternak telat membuka tirai atau litter terlalu basah, bukanlah hal yang asing lagi terjadi.

Semua kondisi tersebut berkaitan dengan ketersediaan udara bersih di dalam kandang. Jika kuantitas dan kualitas udara buruk, maka ayam sudah pasti akan bermasalah. Nah, sebelum membahas bagaimana cara mempertahankan kualitas udara di dalam kandang, ada baiknya kita mengenal beberapa gas berbahaya yang menjadi sumber iritasi bagi ayam.


Amonia, Penyebab Bau dan Sumber Iritasi Utama Bagi Ayam

Salah satu masalah yang biasa muncul di peternakan ayam adalah masalah bau kandang. Bau yang menyengat terkadang menjadi penyebab munculnya komplain dari masyarakat (jika lokasi kandang dekat dengan pemukiman). Belum lagi adanya dampak serius terhadap kesehatan dan produktivitas ternak maupun para pekerja kandang. Lalu, adakah cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi bau kandang tersebut?

Kandang yang berbau menyengat biasanya disebabkan oleh kandungan amonia yang tinggi. Amonia adalah gas yang dihasilkan dari proses perombakkan sisa-sisa nitrogen yang terdapat dalam feses oleh bakteri ureolitik. Amonia sendiri di lingkungan terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk terikat atau terlarut dalam cairan feses (NH4OH) dan bentuk gas (NH3).

Indonesia yang beriklim tropis dengan sistem dan tatalaksana pemeliharaan yang belum sepenuhnya benar, maka hampir bisa dipastikan kadar gas amonia yang dihasilkan sangatlah tinggi. Keadaan ini belum disadari sepenuhnya, apalagi dampak dari tingginya gas amonia tersebut. Sebagai contoh nyata adalah masih banyaknya farm yang jarak antar kandangnya hanya berkisar 5 meter saja, sehingga aliran udara tidak lancar yang berakibat tertimbunnya gas amonia di dalam kandang.

Begitu juga dengan kotoran ayam (layer) yang kadang menumpuk sampai berbulan-bulan, padahal alas kandangnya sangat rendah dan lembab. Belum lagi jika kepadatan kandang (broiler) melebihi ukuran standar, sehingga litter menjadi cepat basah dan akhirnya gas amonia menumpuk dalam kandang ayam broiler tersebut.

 Efek tingginya amonia
Gas amonia mempunyai daya iritasi yang tinggi, terutama pada mukosa membran pada mata dan saluran pernapasan ayam. Terlebih lagi jarak antara saluran pernapasan ayam dengan feses, sebagai sumber amonia begitu dekat (< 20 cm). Tingkat kerusakan akibat amonia sangat dipengaruhi oleh konsentrasi gas ini.

Di dalam kandang ayam, konsentrasi amonia cukup bervariasi antara 5-90 ppm. Sedangkan rekomendasi umum untuk kandungan amonia yang aman dan belum menimbulkan gangguan pada ayam ialah di bawah 20 ppm (Ritz et al., 2004). Di luar ambang batas aman ini, amonia akan menimbulkan kerugian pada ayam, baik berupa kerusakan membran mata dan pernapasan sampai hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi telur (Tabel 1).
Amonia dengan kadar tinggi secara tidak langsung juga bisa memicu kasus infeksi penyakit saluran pernapasan seperti CRD, korisa, ND, AI, IB dan ILT. Hal ini tidak lain disebabkan adanya kerusakan membran saluran pernapasan yang merupakan gerbang pertahanan terhadap infeksi bibit penyakit.

Efek lainnya ialah timbul gangguan pembentukan kekebalan tubuh, baik yang bersifat lokal maupun humoral. Produksi kekebalan lokal (IgA) yang terdapat dalam saluran pernapasan atas akan mengalami gangguan akibat rusaknya sel-sel epitel oleh iritasi amonia. Sedangkan kadar amonia yang tinggi dalam darah (akibat terhisap dalam jumlah besar) menyebabkan stres pada sel-sel limfosit sehingga produksi antibodi (IgG dan IgM) juga mengalami gangguan (North, 1984).
Deteksi amonia
Berdasarkan pengalaman di lapangan, kandang postal dengan litter memiliki potensi gangguan amonia lebih besar dibanding kandang slat/panggung. Sebab, amonia memiliki massa jenis lebih tinggi daripada udara. Akibatnya, pada kandang litter, ayam akan langsung menghirup amonia terus menerus.

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi kadar amonia di kandang, di antaranya dengan memakai alat indikator amonia. Poin terpenting ketika menggunakan alat tersebut ialah meletakkannya pada ketinggian yang tepat, misalnya saja ± 10 cm dari lantai atau setara dengan tinggi kepala ayam.

Jika terlalu dekat ke lantai, maka amonia yang terukur akan terlalu pekat. Sedangkan jika terlalu tinggi, amonia yang terukur terlalu kecil karena amonia cenderung sudah terbawa angin/udara sekitar. Oleh karena itu, cara termudah yang bisa diaplikasikan oleh peternak untuk mengetahui kadar amonia di dalam kandang adalah dengan indera penciuman. Bila kita masuk ke kandang dan bau kotoran sudah mulai menyengat, maka kadar amonia sudah bisa dikatakan berlebihan.


Sumber Iritasi Lainnya

Di dalam udara kandang, selain amonia masih ada beberapa macam gas yang juga bisa menimbulkan iritasi pada ayam jika kadarnya berlebihan. Gas-gas ini sebagian juga diketahui terakumulasi dalam feses. Gas tersebut, antara lain:

Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida (CO2) adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan satu setengah kali lebih berat dibandingkan udara bersih (O2). CO2 dihasilkan dari limbah proses metabolisme tubuh (proses pernapasan, red) bersamaan dengan dihasilkannya panas tubuh. Gas ini bisa menyebabkan gangguan sesak napas pada ayam jika kadarnya sangat berlebihan. Konsentrasi maksimum CO2 yang masih direkomendasikan untuk kandang ayam adalah 2500 ppm. Beberapa penelitian melaporkan bahwa saat konsentrasi CO2 sudah mencapai 3500 ppm, maka akan muncul nodul-nodul pada paru-paru sehingga kerja paru-paru terganggu dan ayam menjadi peka terhadap serangan bibit penyakit (Alchalabi, Poultry International, 2001).

Hidrogen sulfida (H2S)
Meski jarang terdengar, hidrogen sulfida merupakan gas beracun yang dihasilkan dari penguraian materi organik, seperti feses oleh bakteri anaerob. Gas ini bisa merusak sistem pernapasan ayam dan menghambat sistem enzim. Ayam yang menghirup hidrogen sulfida dengan konsentrasi 2.000-3.000 ppm selama 30 menit akan mengalami gangguan pernapasan. Selain itu, ayam juga bisa mati saat menghirup H2S dengan kadar 4.000 ppm selama 15 menit.

Hipoksia
Hipoksia merupakan suatu keadaan kekurangan oksigen yang dapat dipicu oleh penurunan kadar oksigen (O2) dalam udara sehingga ketersediaan O2 untuk proses metabolisme tubuh menjadi berkurang. Hipoksia sendiri secara tidak langsung bisa memicu kejadian hidrops ascites.

Hidrops ascites merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan pengumpulan cairan pada rongga tubuh. Kondisi ini awal mulanya disebabkan oleh kurangnya kapasitas paru-paru untuk menyediakan oksigen. Ayam yang menderita hidrops ascites akan terlihat “gendut” terutama di bagian perut dan jika diraba akan terasa ada cairan di dalamnya. Adanya timbunan cairan dalam rongga perut tersebut akan menyebabkan ayam sulit bergerak sehingga menjadi lebih malas, serta nafsu makan dan minumnya menurun. Tak jarang ayam juga mengalami kematian mendadak dengan posisi tubuh terlentang.


Faktor penyebab kondisi hipoksia

Kondisi hipoksia bisa tercipta dalam kandang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas sumber iritasi seperti amonia, CO2 dan H2S. Amonia misalnya, akan mudah sekali meningkat saat kondisi feses dan litter basah atau lembab. Kondisi ini bisa saja dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya:

1. Feses yang dikeluarkan ayam basah

Poin awal permasalahan peningkatan kadar amonia ialah feses yang dikeluarkan ayam dalam kondisi basah. Feses basah bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya infeksi saluran pencernaan, baik karena necrotic entritis, koksidiosis, colibacillosis maupun jamur, sehingga pencernaan dan penyerapan ransum menjadi terganggu. Feses pun menjadi basah.

Selain karena infeksi bibit penyakit, kandungan garam dan protein kasar yang terlalu tinggi dalam ransum juga dapat menyebabkan feses menjadi basah (diare). Kondisi tersebut akan mengganggu kerja ginjal dalam membuang asam urat, sehingga feses menjadi lebih basah dan kandungan asam uratnya (“bahan baku” amonia, red) semakin tinggi.

2. Manajemen litter yang kurang optimal

Salah satu fungsi litter yaitu membantu penyerapan air yang ada pada feses sehingga lebih cepat kering. Jika kualitas dan kuantitas litter kurang baik maka feses akan menjadi basah. Kondisi ini tentu saja akan mendukung terbentuknya amonia. Manajemen litter yang kurang baik, seperti tidak ada pembolakbalikan litter dan adanya tumpahan air minum juga akan mengakibatkan hal ini.


3. Kandang terlalu padat

Semakin tinggi kepadatan ayam, feses yang menumpuk per m2 luasan kandang semakin banyak dan daya serap litter menjadi terbatas. Akibatnya kadar amonia menjadi lebih tinggi.


4. Sistem sirkulasi udara yang terhambat

Sirkulasi udara yang terganggu karena jarak kandang yang terlalu dekat, kandang terlalu dekat dengan tebing atau terlalu banyak pepohonan, akan mengakibatkan pembuangan gas-gas berbahaya menjadi terhambat. Selain itu bisa menghambat pengeringan feses oleh aliran angin. Akibatnya kadar gas seperti amonia, CO2 dan H2S akan lebih cepat meningkat.

Cara Menciptakan Udara Bersih

Setelah kita bisa mengetahui dan menganalisis penyebab meningkatnya kadar amonia dan gas berbahaya lainnya dalam kandang, maka langkah selanjutnya ialah mencari solusi untuk mengatasi faktor penyebab tersebut, yaitu:

Atasi kasus infeksius penyebab feses basah
Ketika terjadi kasus infeksi penyakit bakterial yang menyerang saluran pencernaan, segera lakukan tindakan pengobatan agar kejadian feses basah/diare bisa dihentikan. Obat harus diberikan dalam 2 x pemberian, yaitu pukul 06:00 – 12:00 dan 12:00 – 18:00. Sedangkan malam hari diberikan air minum plus vitamin (Fortevit atau Vita Stress) atau air minum biasa. Keberhasilan pengobatan ini juga sangat dipengaruhi oleh ketepatan diagnosa. Jika perlu lakukan uji laboratorium (MediLab) untuk memastikan diagnosa.

Cek dan perbaiki kualitas nutrisi ransum
Terkait kasus feses basah yang disebabkan oleh kualitas nutrisi ransum, sebaiknya periksa kadar protein kasar dan garam di Medion Laboratorium (MediLab). Sesuaikan kadar protein kasar dan garam dengan kebutuhan ayam. Selain itu, pastikan asupan ransumnya juga sesuai dengan standar kualitas ransum. Bisa saja kualitas ransum ayam sudah sesuai namun karena feed intake yang berlebihan menyebabkan kadar protein dan garam terlalu berlebih.

Manajemen litter yang baik
Manajemen litter ini dimulai dari pemilihan bahan litter yang berkualitas (kering, tidak berdebu, mampu menyerap air secara optimal) dalam jumlah yang cukup (tidak terlalu tipis). Pada 3 hari setelah chicks in lakukan pembolak-balikan litter secara teratur setiap 3-4 hari sekali. Selain itu, perbaiki atap yang bocor dan alas slat yang rusak, serta hati-hati membawa tempat minum ayam saat dilakukan penggantian air minum agar litter tidak terkena banyak tumpahan air yang mengakibatkan litter cepat basah.

Jika litter basah dan menggumpal dalam jumlah sedikit, terutama di sekitar tempat makan, tempat minum dan di depan pintu segera ambil dan ganti dengan yang baru. Namun jika jumlah litter yang menggumpal banyak, alangkah lebih baik jika ditambahkan litter baru.

Atur kepadatan kandang
Kepadatan kandang ideal per 1 m2 untuk ayam pedaging dewasa ialah 6-8 ekor dan ayam petelur 8-10 ekor. Saat awal (masa brooding) lakukan pelebaran sekat kandang secara teratur sesuai pertumbuhan ayam sampai seluruh kandang ditempati.

Pengaturan sirkulasi udara
Hal ini dilakukan dengan memperhatikan manajemen buka tutup tirai sesuai dengan arah datangnya angin serta menambahkan blower atau fan (kipas). Yang perlu diperhatikan ialah angin jangan mengenai tubuh ayam langsung dan kecepatannya sebaiknya tidak lebih dari 2,5 – 3 m/detik untuk ayam dewasa atau < 0,3 – 0,6 m/detik. Pembukaan tirai kandang juga sebaiknya dimulai dari atas ke bawah agar anak ayam tidak langsung terkena aliran angin.


Mengontrol Amonia

Fokus berbicara mengenai amonia, peternak sudah sering menghadapi masalah pelik terkait bau amonia yang sangat menyengat di kandangnya. Jika konsentrasi amonia sudah sangat tinggi dan baunya sudah sangat menyengat, maka peternak harus segera mengambil tindakan untuk menguranginya. Selain dengan mengatur sirkulasi udara dan memperbaiki manajemen pemeliharaan ayam, peternak juga bisa menggunakan zat kimia tertentu yang mampu bekerja mengikat amonia.

Mengingat bahaya yang ditimbulkan amonia sangat besar, khususnya bagi usaha peternakan di Indonesia dengan iklim tropis dan tata laksana pemeliharaannya, maka diperlukan tindakan yang terencana dan tepat guna untuk penanggulangannya.

Dari salah satu penelitian dilaporkan bahwa ekstrak tanaman herbal Yucca schidigera terbukti sangat efektif digunakan untuk mengikat amonia. Menyadari hal tersebut, maka saat ini Medion telah memproduksi produk pengikat amonia yang dibuat dari ekstrak Yucca schidigera. Produk tersebut adalah Ammotrol. Ammotrol aman digunakan setiap hari dalam jangka waktu lama untuk mengikat amonia tanpa menimbulkan efek samping dan residu. Pemberian Ammotrol juga relatif mudah, cukup disemprotkan ke feses atau dilarutkan dalam air minum, serta bisa diberikan bersamaan/dicampur dengan vitamin atau antibiotik.

 Bagaimana Kinerja Ammotrol dalam Mengurangi Kadar Amonia di Kandang?

Di dalam Ammotrol terkandung glycocomponent yang dapat mengikat amonia, baik yang diproduksi di dalam saluran pencernaan maupun amonia yang berasal dari feses, sehingga mencegah pelepasan gas beracun tersebut ke udara bebas. Dari trial Research and Development (R&D) Medion, telah terbukti bahwa Ammotrol efektif menurunkan kadar amonia dalam kandang.

Dalam trial tersebut, R&D Medion melakukan uji tanding Ammotrol dengan produk sejenis yang mengandung bioflavonoid dan polyphenol (produk “X”), serta probiotik/effective microorganism (EM) (produk “Y”) di kandang ayam layer komersial.

Ammotrol disemprotkan pada feses tiap 3 hari sekali selama jangka waktu 3 minggu. Setelah itu, kadar amonia pasca penyemprotan diukur setiap minggunya dan hasilnya dibandingkan dengan data awal sebelum penyemprotan, serta dibandingkan dengan produk sejenis maupun kontrol (tidak diberi tambahan apapun) (Grafik 1).



Dari trial tersebut (Grafik 1), terlihat bahwa penyemprotan Ammotrol mampu menurunkan kadar amonia sebesar 8 ppm (atau sekitar 42,11% dari kadar amonia pengukuran awal) dibanding produk lain sejenis yang mengandung zat aktif probiotik/EM, flavonoid dan polyphenol.

Dari seluruh bahasan di atas bisa disimpulkan bahwa kualitas udara sangat mempengaruhi kenyamanan hidup ayam di dalam kandang. Jika kualitas udara baik, maka ayam pun bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, peternak wajib mengurangi konsentrasi gas yang mampu menurunkan kualitas tersebut. Salah satu caranya dengan menggunakan Ammotrol. Semoga bahasan artikel kami kali ini bisa memberikan informasi baru bagi Anda sebagai peternak. Salam sukses selalu!



Info Medion Edisi Juni 2013

sumber : https://info.medion.co.id/index.php/artikel-broiler/artikel-tata-laksana/1049-waspadai-gas-berbahaya-dalam-kandang

Rabu, 31 Oktober 2018

Air Minum Berkualitas

Air merupakan salah satu kebutuhan utama, selain oksigen dan ransum yang sangat diperlukan bagi seekor ayam untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Ketidaktersediaan salah satu unsur tersebut bisa dipastikan akan menimbulkan gangguan produktivitas ayam. Tidak hanya dari segi kuantitas atau jumlah yang harus terpenuhi, kualitasnya pun tidak boleh diabaikan.

Air dan Peranannya

Air terbentuk dari 2 unsur yaitu hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H20. Kedua unsur yang membentuk senyawa air pada awalnya berbentuk gas dan pada kondisi tertentu akan berikatan membentuk suatu senyawa yang stabil, yaitu air.


Telur, anak ayam dan ayam dewasa sebagian besar tersusun atas air.

Air merupakan komponen penyusun tubuh anak ayam dengan persentase terbesar, yaitu 85% dan persentase ini sedikit menurun saat anak ayam tumbuh menjadi dewasa, menjadi 60%. Pada telur, persentase air bisa mencapai 70%. Dan yang mengesankan di setiap organ dan komponen tubuh sebagian besar terdiri atas air, yaitu darah 83%, otot 75-80%, otak 75% bahkan di dalam tulang persentase kandungan air mencapai 20%. Dari data ini, bisa kita prediksikan andaikata air di dalam tubuh ayam dihilangkan maka berat badan anak ayam broiler hanya sekitar 6 gram (berat badan anak ayam normal sebesar 40 gram per ekor). Dari angka dan persentase ini bisa kita ketahui bahwa air mempunyai fungsi dan peranan yang begitu besar dan signifikan.

Secara fisiologis, air berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ayam. Selain itu, air juga berperan sebagai media pengangkut, baik mengangkut zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan ransum, respirasi, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf maupun melumasi persendian. Hampir semua proses di dalam tubuh ayam melibatkan dan memerlukan air.

Ayam yang tidak diberi ransum akan mampu bertahan selama 15-20 hari. Namun tidak demikian jika tidak memperoleh air, ayam akan mati dalam waktu 2-3 hari saja. Ayam akan tetap bertahan saat kehilangan sebagian besar lemak di dalam tubuhnya atau 50% dari jumlah protein tubuhnya, namun saat ayam kehilangan 20% cairan tubuh bisa mengakibatkan kematian. Ketersediaan air minum yang kurang akan menyebabkan hambatan produktivitas ayam, baik pertumbuhan maupun produksi telur. Selain itu, proses pembuangan zat sisa metabolisme juga terhambat, akibatnya bisa meracuni tubuh ayam sendiri.

Air memiliki kemampuan melarutkan berbagai macam senyawa. Secara normal, air dapat mengandung sampai 58 unsur, namun sekitar 99%nya ialah senyawa terlarut, seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, natrium, kalium, magnesium, kalsium, belerang maupun fosfor. Kemampuan air melarutkan berbagai zat dan senyawa ini menjadi salah satu faktor yang mempermudah air terkontaminasi oleh zat-zat kimia dengan kadar yang berlebih maupun oleh mikroorganisme patogen. Menjaga dan memelihara air tetap berkualitas menjadi faktor yang sangat vital bagi keberlangsungan produktivitas ayam.

Sumber dan Kualitas Air

Air yang terdapat di bumi kita sangatlah melimpah, namun sebagian besar berupa air laut (asin) yang mencapai 97,5%, sedangkan sisanya (2,5%) berupa air tawar. Air tawar tersebut 29,9% merupakan air dalam tanah; 0,3%nya ialah air danau dan sungai; 0,9% berupa kelembaban tanah atau rawa dan sisanya, yaitu 68,9% terdapat dalam bentuk air es dan salju abadi. Nah, ini berarti air yang bisa kita manfaatkan untuk peternakan hanya 0,75% dari total air yang terdapat di bumi.

· Air sumur atau air tanah

Pembuatan sumur, baik sumur gali maupun bor (sumur artesis) merupakan suatu upaya untuk memanfaatkan air dalam tanah. Kebanyakan air yang digunakan di peternakan bersumber dari sumur bor atau artesis.

Dalam pembuatan sumur di dalam lokasi peternakan sebaiknya diperhitungkan jaraknya dengan tempat feses. Mengingat feses tersebut bisa menjadi sumber kontaminasi bakteri Eschericia coli maupun peningkatan kadar nitrat dan nitrit dalam air. Alangkah lebih baiknya juga jika lapisan lubang bagian dalam sumur tersebut ditutup atau dilapisi dengan semen atau beton. Pemakaian paralon pada sumur bor (artesis) juga menjadi solusi.


Perhatikan jarak sumur dengan kandang yang terdapat feses. Kedalaman sumur juga harus diperhatikan.

Permasalahan yang relatif sering ditemukan pada penggunaan air dari sumur ialah pH air yang cenderung asam atau kadar garam yang terlampau tinggi. Air yang berasal dari sumur sebaiknya ditampung dan diendapkan terlebih dahulu di “water ground”. Tujuannya ialah untuk mengendapkan partikel-partikel yang mencemari air.

Salah satu fasilitas penampungan air dari sumur sebelum disalurkan ke kandang untuk dikonsumsi oleh ayam

· Air permukaan
Air sungai atau air danau merupakan air permukaan yang mungkin bisa dimanfaatkan sebagai air minum ayam. Namun dengan kondisi sungai seperti sekarang ini, maka pemanfaatan air sungai dalam aktivitas peternakan, baik sebagai air minum maupun proses pembersihan kandang dan peralatan sebaiknya dihindari.

Pencemaran sungai oleh kotoran manusia maupun kotoran ternak, bahan kimia (deterjen dan pestisida) maupun limbah, baik dari limbah keluarga maupun limbah industri menjadi alasan untuk tidak memanfaatkan air sungai maupun danau dalam aktivitas peternakan.

Air permukaan yang berasal dari air hujan bisa dimanfaatkan sebagai air minum ayam karena air hujan termasuk air yang jernih dan sehat. Hanya saja perlu diperhatikan adanya kontaminasi yang berasal dari tempat penampungannya maupun dari udara di sekitar kandang.

· Air PDAM
Ada beberapa peternak yang telah menggunakan air dari PDAM sebagai air minum ayam maupun untuk aktivitas kandang lainnya.

Kendala dari penggunaan air PDAM ini ialah dari segi harga, dimana peternak harus mengeluarkan biaya tambahan. Selain itu, kualitas air PDAM juga perlu diperhatikan mengingat instalasi saluran air dari PDAM seringkali telah terdapat lapisan biofilm yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai mikroorganisme. Adanya lapisan biofilm itu juga mengakibatkan klorinasi yang dilakukan secara periodik oleh PDAM kurang efektif dalam menekan jumlah mikroorganisme. Alasannya adanya lapisan biofilm akan menghalangi kontak klorin dengan mikroorganisme sehingga daya kerja klorin menjadi tidak optimal. Oleh karenanya jika akan memakai air PDAM sebagai air minum alangkah lebih baiknya dilakukan treatment terlebih dahulu. Selain itu, perlu diketahui jadwal klorinasi yang dilakukan PDAM sehingga bisa diantisipasi pada saat pemberian obat maupun vaksin.


Adapun pemilihan penggunaan sumber air di dalam peternakan sebaiknya ditekankan pada aspek kualitas air tersebut maupun ketersediaannya. Minimal ada 3 kategori atau paramater yang digunakan untuk menentukan kualitas air, diantaranya :

· Kualitas fisik
Parameter fisik yang harus diperhatikan dalam penentuan air yang berkualitas antara lain warna, rasa, bau, kekeruhan maupun suhu. Air yang berkualitas haruslah tidak berwarna, berasa dan berbau. Air inipun harus terbebas dari partikel-partikel tersuspensi (tidak keruh, red) dari lumpur kasar, lumpur halus maupun koloid.



Konsumsi air minum anak ayam sangat dipengaruhi kualitas fisik air, terutama kekeruhan, warna dan bau

Kondisi fisik air yang kurang baik akan mempengaruhi tingkat konsumsi air minum. Saat ayam diberi pilihan air minum yang keruh dengan air minum yang jernih, maka ayam akan lebih memilih mengkonsumsi air yang jernih. Suhu air minum yang baik ialah 20-24oC dan jika lebih atau kurang dari suhu tersebut maka konsumsi air minum ayam menjadi berkurang atau bahkan berhenti.

Permasalahan air dari segi fisik, baik kejernihan, warna maupun bau cukup sering ditemukan di peternak-an (lihat grafik 1). Treatment yang dapat dilakukan untuk mengatasi kualitas air tersebut, yaitu :
1. Pengendapan atau penyaringan
2. Penambahan tawas yang berperan sebagai koagulan dan pengikat partikel sebanyak 2,5 gram tiap 20 liter air minum
3. Penambahan sediaan yang berperan sebagai penjernih

· Kualitas kimia
Kesadahan, pH dan kandungan unsur-unsur kimia tertentu, seperti nitrat, nitrit maupun logam menjadi penentu kualitas kimia air.

Kesadahan
Kandungan ion Ca2+dan Mg2+ yang tinggi mengakibatkan air bersifat sadah. Air yang sadah seringkali ditemukan di daerah yang berkapur. Dalam pemakaiannya, air yang sangat sadah (kadar > 180 ppm) bisa mengurangi tingkat kelarutan beberapa sediaan obat, terutama yang mengandung ampicillin atau tetrasiklin. Desinfektan yang zat aktifnya iodine dan quats, seperti Antisep, Neo Antisep danMedisep daya kerjanya akan menurun jika dilarutkan dalam air sadah. Tingginya kadar Ca2+ dan Mg2+ bisa mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi ransum.

Guna mengatasi kesadahan air dapat dilakukan dengan menambahkan :
Medimilk (20 gram tiap 10 liter air) dengan kandungan 100% skim milk yang mampu mengikat logam, baik Ca2+, Mg2+, Mn2+ maupun Fe2+

Medimilk mampu menurunkan tingkat kesadahan air minum

1. Kapur soda memiliki kemampuan mengikat ion Ca2+, Mg2+, Mn2+ atau Fe2+ sehingga terbentuk endapan. Endapan ini menunjukan bahwa kapur soda telah berhasil mengikat ion-ion tersebut

2. Tawas

3. Ethylen diamin tetra acetic acid (EDTA) dengan dosis 0,02-0,1% memiliki kemampuan mengendapkan logam berat, termasuk Ca dan Mg

· Kadar nitrat dan nitrit

Kadar nitrat yang tinggi biasanya berhubungan dengan tingginya kadar nitrogen akibat tumpukan kotoran ayam. Jika dikonsumsi ayam maka proses penyerapan zat nutrisi dapat terganggu. Selain itu, jika dikonsumsi dalam kadar tinggi bisa menyebabkan keracunan yang mematikan.


Tumpukan feses ayam bisa memicu meningkatnya kadar nitrat dalam air minum

Nitrat dapat diubah oleh mikroorganisme menjadi nitrit yang mempunyai tingkat toksisitas yang sangat tinggi. Saat berada di dalam darah, nitrit akan berikatan dengan hemoglobin dan mengurangi kadar oksigen sehingga bisa menyebabkan kematian.

Teknik menurunkan kadar nitrat dan nitrit dapat dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke dalam tabung yang berisi karbon aktif. Ukuran tabung disesuaikan dengan jumlah dan kecepatan aliran air. Jumlah karbon aktif minimal 50% dari volume tabung. Jarak sumber air (sumur) sebaiknya dijauhkan dari septic tank maupun tumpukan feses. Ambil dan bersihkan feses secara rutin, jangan sampai menumpuk. Pelaksanaan desinfeksi maupun klorinasi juga dapat menghambat peningkatan kadar nitrit karena bisa membunuh mikroorganisme yang mengubah nitrat menjadi nitrit.

· Kadar mineral

Kadar mineral kalsium, magnesium, besi dan belerang jangan berlebih di dalam air karena bisa menurunkan produktivitas ayam. Secara berturut-turut batasan kadar mineral kalsium, magnesium, besi dan belerang adalah 75; 200; 0,3-0,5 dan 25 mg/liter. Kadar kalsium yang melebihi standar bisa menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi ransum (terutama fosfor) dan penurunan daya kerja obat. Kadar magnesium yang berlebih akan mengganggu pencernaan dan diare. Akibat jika kadar besi tinggi ialah pigmentasi pada daging dan telur menjadi lebih gelap, sedangkan tingginya kadar belerang menyebabkan cepat terjadi perdarahan dan oedema.

Penambahan Medimilk sebanyak 20 gram tiap 10 liter air dapat mengikat mineral-mineral tersebut. Setelah dilarutkan Medimilk, diamkan air selama 15-30 menit sebelum diberikan.

· Kadar garam

Garam terbentuk dari ikatan antara logam Na, Ca, Mg dengan ion klorida. Kandungannya di dalam air biasanya dalam bentuk terlarut. Oleh karena itu, penanganan air dengan kadar garam yang tinggi relatif sulit. Teknik pengenceran atau menambahkan air dari sumber yang berbeda bisa menjadi solusi untuk mengurangi kadar garam dalam air.

Ayam yang mengkonsumsi air minum dengan kadar garam yang berlebih akan terganggu produktivitasnya. Kadar garam yang berlebih tersebut akan mengganggu pengaturan osmosis di dalam tubuh. Ayam petelur atau pembibit muda yang mengkonsumsi air minum dengan kadar garam yang berlebih selama 4-6 minggu akan menghasilkan telur dengan kualitas kerabang yang jelek (tipis) dan pada ayam berumur tua hanya dalam beberapa hari kerabang telurnya menjadi lebih tipis (Balnave, 1996). Selain kualitas kerabang, tingkat produksi telur maupun daya tetas telur pun menurun. Dan yang lebih parahnya lagi, efek air minum dengan kadar garam yang tinggi ini relatif sulit diperbaiki meskipun air minum telah diganti dengan yang normal.


Air minum dengan kadar garam yang berlebih akan menyebabkan ayam mengkonsumsi air minum secara berlebih akibatnya feses ayam menjadi encer (basah)

· pH atau derajat keasaman

pH air minum yang baik berkisar 5-8. Air dengan pH lebih tinggi (basa) biasanya disebabkan adanya pencemaran natrium bikarbonat dan jika dikonsumsi bisa mengakibatkan penurunan pencernaan dan penyerapan mineral ransum, seperti kalsium, fosfor, magnesium dan kalium. Begitu juga sebaliknya air yang asam (pH rendah) akan mengganggu kesehatan dan mempermudah infeksi parasit.

Kedalaman sumur biasanya berpengaruh pada tingkat pH air minum. Sumur dengan kedalaman 30 m airnya cenderung asam sedangkan di kedalaman 100 m atau lebih, airnya biasanya basa. Sumur dengan kedalaman sebesar 50-60 m biasanya mengandung air dengan pH yang optimal.

Air minum yang basa bisa diatasi dengan penambahan senyawa asam, seperti asam cuka, asam sitrat atau asam organik (asam asetat, propionat). Sebaliknya, air yang asam bisa ditingkatkan pH-nya dengan menambahkan kapur soda (NaHCO3). Guna memastikan pH air telah sesuai dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas indikator universal (kertas lakmus) atau pH meter.

· Kualitas biologi

Seperti disebutkan sebelumnya, sebagian besar air yang digunakan di peternakan ialah air tanah. Air tanah ini seringkali mengandung bakteri coliform yang biasanya berasal dari feses ayam maupun kotoran manusia (septic tank). Selain itu, biasanya air ini juga tercemar dengan mikroorganisme lainnya.

Sebagian besar mikroorganisme yang mencemari air minum, seperti bakteri maupun jamur kurang berbahaya. Biasanya mikroorganisme ini menyebabkan pembentukan bahan organik yang membatasi sistem aliran air. Meskipun demikian, ada juga beberapa mikroorganisme yang bisa menurunkan produktivitas ayam atau menjadi sumber penyakit, yaitu E. coli dan Salmonella. Oleh karena itu, perlu dilakukan treatment pada air yang telah terkontaminasi mikroorganisme tersebut, melalui :

· Desinfeksi

Desinfektan yang bisa digunakan pada air minum ialah Antisep, Neo Antisep atau Medisep. Pemakaian ketiga desinfektan ini telah terbukti mampu menurunkan bakteri E. coli maupun coliform (lihat grafik 2).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar desinfeksi air minum bisa optimal, yaitu :

1. Perhatikan dosis desinfektan yang digunakan
2. Pipa air atau torn air yang digunakan untuk desinfeksi harus bersih atau kandungan bahan organiknya sedikit (biasanya ini terlihat dari adanya lapisan biofilm pada permukaan bagian dalam)
3. Klorinasi atau penambahan klorin sebanyak 3-5 ppm juga berfungsi mendesinfeksi air minum. Hanya saja dalam aplikasinya seringkali klorin kurang efektif karena memiliki sifat yang kurang stabil.

Saat melakukan desinfeksi air minum, pastikan tidak bertepatan dengan jadwal vaksinasi. Kadar klorin sebesar 1 ppm akan menurunkan efisiensi vaksin ND sampai 20% dan kadar 2 ppm mampu menurunkannya sampai 85%. Air yang telah ditambahkan klorin, jika akan digunakan untuk melarutkan vaksin sebaiknya didiamkan selama minimal 24 jam atau ditambahkan Medimilk (2 gram per 1 liter air) dan dibiarkan selama 15-30 menit. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh klorin.

Jarak desinfeksi air minum dengan vaksinasi juga perlu diperhatikan. Desinfeksi air minum sebaiknya dilakukan minimal 24-48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi. Selain itu, pemberian obat dan vitamin sebaiknya dihentikan pada saat desinfeksi karena desinfektan bisa menurunkan potensi atau bahkan merusak obat dan vitamin.

· Pemanasan atau pemasakan air

Air yang dipanaskan atau dimasak sampai mendidih mampu menghilangkan bakteri E. coli. Pada suhu 100oC bakteri tersebut akan mati.

Air, suatu senyawa yang sangat penting bagi produktivitas ayam. Tidak hanya kuantitasnya yang harus selalu terpenuhi, tetapi kualitasnya pun jangan sampai terabaikan. Pahami kualiatas air dan kendalikan manajemennya. Salam.

Info Medion Edisi Agustus 2008

Jika Anda akan mengutip artikel ini, harap mencantumkan artikel bersumber dari Info Medion Online (http://info.medion.co.id).




Minggu, 26 Juni 2016

BIOSEKURITI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN CRD

Perubahan cuaca yang tidak menentu seringkali dijadikan sebagai indikator awal akan munculnya berbagai jenis penyakit. Betapa tidak, cuaca yang awalnya panas dalam hitungan menit bisa berubah mendung dan berakhir dengan turunnya hujan. Sejalan dengan itu, suhu yang terlalu panas akan menimbulkan kelembaban yang rendah dan sebaliknya. Hal ini akan berefek pada memburuknya kondisi lingkungan. Sejatinya, lingkungan merupakan interaksi hidup dari semua makhluk hidup, mulai dari makroorganisme maupun mikroorganisme.
Pertumbuhan populasi unggas di Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat walaupun banyak kendala yang dihadapi.  Salah satu kendala yang sering menghambat perkembangan populasi adalah berjangkitnya berbagai penyakit salah satunya CRD. Chronic respiratory disease (CRD) pada ayam merupakan penyakit endemik patogen yang sangat merugikan industri perunggasan tidak saja di ,  tetapi juga di banyak negara. Menurut OIE (2007), CRD masuk dalam notifiable diseases, artinya jika terjadi kasus CRD di lapang harus segera dilaporkan ke pemerintah untuk segera ditanggulangi.
Kejadian CRD di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Richey dan Dirdjosoebroto tahun 1965. Belum banyak peternak yang menyadari bahwa CRD selain merugikan secara ekonomi dari hulu ke hilir, CRD juga menyebabkan tekanan terhadap kekebalan tubuh (immunosuppressive). Hal ini mengakibatkan tubuh gagal memperoleh imunitas yang diperoleh dari vaksinasi. Selain itu, ayam yang terinfeksi menjadi karier sehingga wilayah dimana peternakan itu berada menjadi daerah endemik.
Penyakit CRD sering kali diabaikan peternak, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum ini merupakan penyakit menular menahun yang sebenarnya harus diwaspadai. Kejadian CRD di lapangan sering dijumpai, baik pada ayam pedaging ataupun pada ayam petelur. Penyakit ini seharusnya mendapatkan perhatian khusus karena penyakit ini tetap dapat merugikan secara ekonomis. Kerugian secara ekonomis berupa memburuknya nilai konversi ransum akibat menurunnya konsumsi ransum, sehingga pencapaian berat badan saat panen akan optimal.
CRD disebut juga dengan penyakit ngorok pada ayam. Penyakit ini ditandai dengan adanya eksudat kataral yang keluar dari lubang hidung, kebengkakan pada muka, batuk dan terdengarnya suara sewaktu ayam bernafas (ngorok). Selanjutnya, pada kondisi tertentu kemungkinan besar penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan akut terutama pada ayam muda/pullet, sedangkan pada bentuk kronis efek nyata yang dapat diamati adalah terjadinya penurunan kualitas produksi telur. Menariknya, meskipun angka kesakitan/morbiditas penyakit bakterial ini sangat tinggi, namun angka kematian/mortalitasnya cukup rendah jika dibandingkan dengan penyakit bakterial lainnya.
Semua penyakit yang menyerang unggas umumnya akan melemahkan sistem pertahanan tubuh. Unggas yang terpapar bibit penyakit CRD, secara alami jelas telah melakukan pengurasan terhadap sediaan produk pertahanan tubuh atau imunitas, lalu jika tidak ditangani cepat, kondisi tubuh yang lemah tersebut, jelas akan memudahkan terpaparnya ayam dengan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit lainnya, apakah itu virus ND, IB atau virus dan bakteri patogen lainnya.
Penyakit CRD dimaknai sebagai penyakit yang kemunculannya terus berulang di lokasi peternakan/farm, baik di ayam pedaging maupun di ayam petelur. Menghilangkan  penyakit CRD dari satu farm bukanlah suatu usaha yang mudah dilakukan peternak, hal ini mengingat bahwa penyakit tersebut dapat ditularkan secara vertikal dari induk ke anak melalui telur yang terinfeksi Mycoplasma gallisepticum.
Kejadian berulang pada CRD dapat saja berawal dari sistem pengelolaan usaha peternakan yang kurang tepat. Misalnya peternak yang mendapatkan DOC dengan kualitas yang buruk, namun tetap dipelihara dan hasilnya tetap buruk. DOC dengan berat badan di bawah standar (< 40 gram) lebih rentan terserang penyakit pernapasan. Munculnya penyakit pernafasan tersebut dipicu oleh pemaksaan kerja paru-paru dalam menyuplai oksigen untuk proses metabolisme tubuh. Pemaksaan kerja keras pada paru-paru juga akan merusak organ pernapasan lainnya, seperti hidung (sinus hidung), trakhea dan kantung udara. Akibatnya kondisi tubuh akan melemah. Disamping itu, DOC yang berukuran tubuh lebih kecil tetap lebih mudah terinfeksi bakteri Mycoplasma gallisepticum.
Kasus CRD dapat muncul di setiap periode pemeliharaan. Namun sejauh ini upaya peternak dalam menerapkan prinsip beternak aman dengan CRD, maka kasus tersebut dapat diminimalisir kemunculannya, seperti memperhatikan semua hal terkait dengan manajemen pemeliharaan, mulai dari pemilihan DOC yang berkualitas sampai pada proses pemanenan. Hal lain yang dapat diterapkan disamping terkait dengan kualitas DOC adalah perbaiki sistem pemanas/brooding karena bagaimanapun, indikator keberhasilan dimulai dari fase tersebut. Lalu, menekan lajunya kadar amoniak yang ada di dalam kandang, dengan jalan memperbaiki sistem buka tutup tirai kandang yang digunakan, termasuk mengurangi tumpukan feses di bawah lantai kandang (jika kandang panggung). Dalam bukunya, Prof. Charles Rangga Tabu (penyakit Ayam dan Penanggulangannya, Jilid I), menyatakan bahwa penumpukan feses dapat memperburuk kondisi udara di dalam kandang akibat terjadinya peningkatan kadar amoniak. Batas kadar amoniak yang aman sekitar 15-20 ppm. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Gambaran Dampak Kadar Amoniak pada Ayam

Kadar Amonia
(ppm)
Reaksi pada Ayam
15-20
Aman
25-30
Iritasi pada mata dan saluran pernafasan
> 30
Sakit dan gangguan produksi telur
40
Penurunan nafsu makan
50
Pertumbuhan turun sampai 7 %
50-100
Pertumbuhan turun sampai 15 %
           Sumber : Infovet, Mei 2012

Pencegahan CRD pada ayam dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan vaksinasi, kemoterapi termasuk melakukan penjadwalan dalam cleaning program. Cleaning program dapat dilakukan 3 hari sebelum dilakukan jadwal vaksinasi. Cleaning program dapat menggunakanENROTEN® dengan kandungan antibiotik Enrofloxacin dengan dosis 1 gram dalam 2 Liter air minum. Sedangkan untuk pengobatan terhadap kasus CRD dapat diberikan INTERSPECTIN-L®, dengan kandungan antibiotic Spectinomycin dan Lincomycin. Spectinomycin adalah antibiotic golongan aminoglikosida yang diproduksi oleh bakteri Streptomyces spectabilis dengan aktifitas yang tinggi terhadap Mycoplasma. Untuk kemoterapi biasanya hanya diberikan pada umur muda dengan dosis yang rendah. Selain Spectinomycin, TIAMULIN® merupakan obat yang efektif untuk pengobatan infeksi Mycoplasma dan infeksi sekunder sepertiPasteurella multocida dan Haemophilus paragallinarum.
Hal yang tidak kalah penting dalam meminimalisir kasus CRD dilapangan adalah menerapkan aspek biosekuriti secara menyeluruh di lokasi peternakan. Biosekuriti berasal dari kata bio artinya hidup dan securityartinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurity adalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti sederhana untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman.
 Menurut Hadi dalam Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Pada awalnya konsep biosekuritas diterapkan untuk menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific pathogen free) untuk keperluan penelitian secara eksperimental. Tetapi saat ini telah diterapkan pada berbagai jenis peternakan sebagi upaya praktis untuk mencegah masuknya organisme penyebab penyakit patogen dari luar ke dalam peternakan. Bahkan diterapkan juga di negara-negara berdaulat sebagai upaya untuk melindungi industri peternakannya dari berbagai penyakit berbahaya yang tidak ditemukan di wilayahnya (penyakit eksotik).
Biosekuriti secara umum meliputi kontrol lalu lintas, vaksinasi, pencatatan riwayat flok, desinfeksi kandang, kontrol terhadap pakan, air dan limbah. Biosekuritas ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas orang, seperti mengunci pintu dan melarang semua pengunjung, atau mengizinkan masuk orang tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka didesinfeksi, mandi, disemprot, lalu memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi khusus yang telah didesinfeksi.  Kontrol lalu lintas tidak hanya berlaku untuk orang tetapi juga untuk hewan seperti burung-burung liar, tikus, kumbang predator, serangga dan lainnya. Kucing dan anjing seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit yang potensial, tetapi bukti-bukti kurang mendukung, dan manfaatnya dalam mengendalikan tikus cukup nyata dibandingkan kerugian yang ditimbulkannya.
Aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam.
Catatan riwayat dalam flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan ayam dalam flok. Ayam harus secara rutin diperiksa kesehatannya ke laboratorium, dengan mengecek titer darahnya terhadap penyakit tertentu, monitoring bakteriologis dan sampling virus. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus disimpan bersamaan dengan data performans setiap flok atau kandang. Laporan ini sangat bermanfaat begitu masalah muncul dalam kandang.
Tindakan biosekuriti yang umum dilakukan selanjutnya adalah desinfeksi kandang ayam. Segera setelah flok ayam diafkir dan litter diangkat keluar kandang, tindakan berikutnya adalah pembersihan dan desinfeksi terhadap seluruh kandang dan lingkungannya untuk desinfeksi ini dapat menggunakan SPECTARAL-25® dengan dosis10 ml  SPECTARAL-25® per 4 liter airGumpalan liter harus diangkat dan sisa-sisa yang menempel harus disikat dan disemprot air yang dicampur dengan desinfektan. Peralatan seperti penggaruk, sekop, truk pengangkut, wadah-wadah pengangkut kotoran (manure), dan lain-lain semuanya harus dibersihkan dan didesinfeksi setelah dipakai.
Kontrol biosekuriti juga diberlakukan pada pakan dan air minum, biosekuriti terhadap pakan harus dilakukan terutama ditingkat pabrik pengolahan. Hal ini harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen penyakit dan toksin yang dapat mencemari makanan. Sedangkan air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain melaui pakan dan udara. Berbagai penyakit yang ditularkan melaluiair antara lain Salmonellosis, Kolibasilosis, Aspergillosis dan Egg Drop Syndrome. Umunya sanitasi dilakukan dengan cara klorinasi (dapat menggunakan preparat KLORIN-GARD®) dengan dosis 1 tablet KLORIN-GARD® per 500 - 1.500 liter air.
Sumber : http://temanc.com/detail_artikel.php?kode_obat=48

WASPADA PENYAKIT IMUNOSUPRESIF


  
Sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk mengenali, menetralisir dan mengeliminasi patogen yang masuk ke dalam tubuh. Fungsi lain dari sistem ini adalah untuk mengenali kembali patogen yang masuk dengan adanya sel memori serta mencegah terjadinya kerusakan sel-sel kekebalan (imunopatologi). Jika fungsi kekebalan ini terganggu makan akan timbul suatu kondisi yang dinamakan imunosupresif.
Berbagai macam faktor bisa menimbulkan kondisi imunosupresif ini, salah satunya  adalah agen penyakit yang memiliki target pada organ-organ kekebalan seperti limpa, bursa fabricius, seka tonsil, timus dan kelenjar harderian dimana organ-organ tersebut merupakan penghasil sel B dan sel T yang memiliki peran dalam sistem kekebalan tubuh.
Terdapat berbagai macam penyakit yang menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh, antara lain penyakit Koksidiosis, Marek, Chicken Anemia Virus (CAV), Gumboro (IBD) dll.
Pada kasus penyakit Infectious Bursal Disease (IBD) / Gumboro, virus akan menginfeksi sel B muda terutama yang terdapat pada bursa fabrisius dan organ-organ penghasil sel B lainnya seperti limpa dan kelenjar harderian. Jenis sel B Immature ini banyak terdapat pada ayam muda yang bursanya baru mengalami perkembangan sehingga menyebabkan ayam muda lebih rentan terinfeksi. Infeksi yang terjadimenyebabkan kerusakan dini pada bursa sehingga tidak mampu memberikan respon antibodi terhadap agen penyakit yang masuk. Faktor inilah yang menyebabkan adanya kekebalan dari induk (MAb) menjadi penting.
Penyakit lain yang menyebabkan kondisi imunosupresif adalah  CAV yang memiliki target pada prekursor sel T dan hemositoblast yang berfungsi menghasilkan sel-sel darah seperti eritrosit, heterofil dan trombosit. Jika kedua sel ini terganggu, kemampuan untuk memproduksi sel darah akan hilang sehingga akan muncul gejala seperti depresi karena anemia, nekrosis pada sayap, hemoragi dan kepucatan pada sumsum tulang. Pada kondisi lapangan gejala klinis biasanya tidak selalu terlihat, yang muncul adalah gejala dari infeksi sekunder yang muncul karena keadaan imunosupresif yang dihasilkan penyakit tersebut.
Penyakit Koksidiosis juga dapat menyebabkan kejadian imunosupresif pada unggas. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa golongan Eimeria, setelah masuk ke dalam tubuh unggas akan memperbanyak diri di dalam sel epitel saluran pencernaan. Siklus ini akan menyebabkan kerusakan pada sel gastro intestinal. Kerusakan jaringan mukosa gastro intestinal  akan mengakibatkan gangguan fungsi digesti, penyerapan nutrisi, dehidrasi serta mampu menekan sistem kekebalan, dimana usus memiliki Peyer’s patch dan seka tonsil yang merupakan bagian sistem kekebalan pada saluran cerna. Di dalamnya terdapat Imunoglobulin A (Ig A), G (Ig G) dan M (Ig M) yang berfungsi dalam sistem imun tubuh unggas. Kerusakan pada mukosa usus dan seka tonsil akan menyebabkan pembentukan antibodi menjadi terganggu sehingga unggas akan menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit lain. Ayam muda lebih sering terserang Koksidiosis tetapi ayam dewasa juga masih berpeluang terkena mengingat tidak adanya perlindungan silang antara masing-masing spesies Eimeria.
Kondisi imunosupresif akan mengakibatkan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit lain seperti NE, penyakit pernafasan serta penyakit bakterial lain. Penanganan kejadian imunosupresif adalah dengan memperhatikan manajemen pemeliharaan yang baik serta pemberian program vaksinasi  yang tepat. Pemberian terapi suportif seperti vitamin juga dapat membantu pertahan tubuh unggas dalam mengatasi kejadian imunosupresif ini. Produk seperti Introvit 4+ WSIntrovit AD3E WS,introvit-E-Selen WSVitol-140TM-VITAVIT-ECO serta Introvit-B-Complex dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh unggas dalam mengatasi kasus imunosupresif ini. Pada kasus Koksidiosis, program pemberian antikoksi Amprolin-300 WSDiclacoxy dan Intracox Oraljuga sangat berperan mengurangi resiko kasus imunosupresif.
Semoga di tahun yang baru ini memberikan harapan baru bagi dunia peternakan khususnya perunggasan, yang bisa memacu peternakan dalam negeri untuk tumbuh dan berkembang menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Sumber : http://temanc.com/detail_artikel.php?kode_obat=57

Heat Stress dan Cara Menanganinya




Stress merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan respon tubuh baik fisiologis, kimia maupun tingkah laku terhadap segala bentuk perubahan dan gangguan fisik dari luar tubuh yang dinamakan stressor. Stress merupakan ungkapan umum tentang penyesuaian fisiologis dan perilaku seperti perubahan denyut jantung, respirasi, temperatur dan tekanan darah yang terjadi jika makhluk hidup mengalami kondisi yang merupakan stressor baginya. Unggas akan mengalami stress jika terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau pada saat toleransi terhadap lingkungan menjadi rendah.
Salah satu bentuk stress yang sering terlihat pada spesies unggas adalah heat stress atau stress panas. Unggas merupakan hewan homeotermik...
Stress merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan respon tubuh baik fisiologis, kimia maupun tingkah laku terhadap segala bentuk perubahan dan gangguan fisik dari luar tubuh yang dinamakan stressor. Stress merupakan ungkapan umum tentang penyesuaian fisiologis dan perilaku seperti perubahan denyut jantung, respirasi, temperatur dan tekanan darah yang terjadi jika makhluk hidup mengalami kondisi yang merupakan stressor baginya. Unggas akan mengalami stress jika terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau pada saat toleransi terhadap lingkungan menjadi rendah.
Salah satu bentuk stress yang sering terlihat pada spesies unggas adalah heat stress atau stress panas. Unggas merupakan hewan homeotermik dimana secara alamiah akan berusaha menstabilkan suhu tubuh bila terjadi perubahan dilingkungan, baik suhu yang menjadi tinggi maupun rendah. Mekanisme untuk mempertahankan suhu dalam kondisi normal inilah yang nantinya dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh unggas. Secara normal suhu tubuh unggas dalam hal ini ayam memiliki rentang dan variasi yang lebih luas bila dibanding dengan suhu mamalia, hal ini menyebabkan tidak adanya nilai absolut untuk suhu tubuh ayam. Rentang batas suhu tubuh normal ayam dewasa adalah 105°F-107°F (40.6°-41.7°C) sedangkan suhu tubuh pada DOC yang baru menetas kurang lebih 103.5°F (39.7°C), dan meningkat secara pasti setiap harinya sampai dicapai suhu yang optimal pada usia tiga minggu. Untuk dapat berproduksi dan berkembang dengan baik dan optimal maka unggas harus dipelihara dalam kisaran suhu nyaman atau comfort zone dari lingkungan. Comfort zone untuk unggas umumnya berkisar 25°C – 28°C dengan kelembaban 60% - 70%, selain itu thermal comfort zone untuk unggas tergantung dari spesies dan umur dimana unggas dengan umur muda lebih sensitif terhadap perubahan suhu, berat badan, sistem perkandangan, pakan, kelembaban, sirkulasi udara dan status kesehatan.
Gambar 1. Comfort zone untuk unggas.
Batas bawah untuk comfort zone unggas adalah sebesar 68oF yang merupakan batas ambang sebelum kematian unggas karena suhu yang sangat rendah, sedangkan batas atas sebagai batas ambang sebelum unggas mati karena suhu yang sangat tinggi adalah sebesar 113°F – 117°F. Perilaku unggas saat berada pada kisaran suhu A atau pada suhu dingin adalah dengan cara saling merapat atau menumbuhkan bulu, sedangkan perilaku yang ditunjukkan pada kisaran suhu B atau hangat adalah dengan menjauhkan sayap dan bulu dari tubuh serta menurunkan intake pakan. Istilah perubahan tingkah laku unggas itu disebut heat stress.
Heat stress dapat pula terjadi saat kombinasi suhu lingkungan dan kelembapan melebihi heat stress index. Heat stress index adalah angka yang diperoleh bila kita memadukan antara suhu terukur ruangan dengan kelembapan udara, atau yang lebih dikenal dengan suhu efektif. Suhu efektif adalah suhu yang benar-benar dirasakan oleh unggas, misalnya suhu yang terukur pada alat adalah 30°C dan kelembapan yang terjadi pada saat itu adalah 85% maka suhu yang benar-benar dirasakan ayam adalah lebih dari 30°C, lain halnya saat suhu yang terukur di alat adalah 30°C dengan kelembapan udara 55% - 60% maka suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam adalah 30°C, sehingga kombinasi dari suhu terukur dan kelembapan relatif yang dirasakan oleh ayam disebut suhu efektif. Suhu efektif bila dihubungkan dengan heat stress maka akan menghasilkan sutu index yang menjadi ukuran tingkatan, apakah ayam masih dapat beradaptasi atau tidak terhadap kondisi cuaca, yang disebut Heat Stress Index. Heat stress index yang masih dapat ditolerir oleh ayam adalah 160, Heat stress index standar anak ayam umur sehari (DOC) adalah 155 sedangkan umur 35 hari adalah 140. Ayam akan mulai mengalami panting bila Heat Index di atas 155, dan kelembaban merupakan bagian utama dari perhitungan heat stress index. Heat stress index diperoleh dengan mengkalkulasi suhu dan % kelembaban relatif (%RH) dengan menjumlahkan suhu dalam satuan Fahrenheit dengan % kelembaban relatif (%RH) terukur, pada contoh, suhu 30oC (86°F) dengan % kelembaban relatihf (%RH) terukur adalah 85%, maka heat stress index adalah 171, jauh di atas 160 maka dapat dipastikan ayam saat itu mengalami panting. Sedangkan pada suhu 30oC (86°F) dengan kelembapan 65% maka heat stress index yang diperoleh adalah sebesar 151 maka pada ayam umur awal akan berkembang secara optimal.
Tabel 1. suhu dan kelembapan saat brooding broiler.
Umur
(Hari)
Suhu (°C)Suhu (°F)Kelembapan udara (%)Heat Stress Index
1329065155
2329065155
3329065155
4318865153
5318865153
6318865153
7308665151
8308665151
9308665151
10308665151
11308665151
12308665151
13308665151
14308665151
Suhu °F diperoleh dari = (9/5 x °C) + 32°C Heat stress index diperoleh dari = °F + % RH Bila heat stress yang dicapai lebih dari 155, maka beberapa reaksi yang akan terjadi antara lain pada angka 160 maka akan terjadi penurunan feed intake, peningkatan water intake dan penurunan performance, pada angka 165 akan terjadi kematian dan kerusakan permanen pada paru-paru dan sistem peredaran darah, dan pada angka 170 maka akan terjadi kematian yang sangat tinggi.
Respon yang terlihat pada tingkah laku ayam yang mengalami heat stress antara lain : Memperluas area tubuh dengan tujuan untuk memperluas bidang aliran panas dari tubuh hewan ke lingkungan kandang, cara yang dilakukan antara lain merenggangkan, menggantungkan dan melebarkan sayap. Peningkatan aliran darah ke perifer, dengan tujuan meningkatkan aliran darah pada bagian luar dari tubuh sehingga banyak panas dari dalam tubuh yang mengalir ke lingkungan, daerah perifer yang sering mengalami proses peripheral vasodilatation adalah jengger, pial dan ceker, sehingga warnanya menjadi lebih merah dan panas. Panting adalah respon tubuh ayam terakhir setelah upaya-upaya sebelumnya yang dilakukan tidak memberikan hasil yang optimal, panting adalah kegiatan membuka mulut untuk mengeluarkan udara dan uap air dari tenggorokan sebagai upaya penurunan panas tubuh, mekanisme ini merupakan analog dari pengeluaran keringat pada manusia karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat. Apabila panting yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap pengembalian suhu tubuh ayam maka ayam akan mulai lemas, kehabisan tenaga dan dapat terjadi kematian.
Akibat yang dapat ditimbulkan apabila ayam mengalami heat stress adalah peningkatan intake minum dan penurunan intake pakan, hal ini dilakukan sebagai kompensasi dari kegiatan panting ayam. Penurunan intake pakan akan menyebabkan peningkatan FCR ayam, sehingga akibat yang sering terjadi pada unggas yang mengalami heat stress adalah penurunan produksi baik daging pada broiler maupun telur pada layer, secara kualitas maupun kuantitas.
Tabel 2 :Pengaruh Suhu Terhadap Konsumsi Ransum, Berat Badan dan Berat Telur
ParameterSuhu Kandang (°C)
27,529,230,831,7
Konsumsi pakan (g/hr)113,7102,2101,594,4
Berat Badan (g)1.5891.4411.4001.378
Berat telur medium dan Kecil (%)32,348,456,366,7
Sumber : D.R Sloan & R.H Harms, 1984
Akibat lain yang ditimbulkan dengan kejadian heat stress pada ayam adalah penurunan system imunologi dan pertahanan tubuh ayam terhadap berbagai macam penyakit. Hal ini terjadi karena stress panas dapat menyebabkan penurunan jumlah serta aktifitas dari leucocyte yang dikenal dengan istilah lazy leucocyte syndrome hal ini menyatakan bahwa kemampuan sel leucocyt untuk menjadi sistem pertahanan tubuh ayam menurun sehingga ayam lebih mudah terserang penyakit.
Kompleksitas lain yang dapat terjadi pada ayam yang terserang heat stress adalah bila ayam dipelihara pada daerah kering yang berdebu, seperti diketahui bahwa setiap gram debu akan membawa 105 partikel E.coli. ayam yang mengalami heat stress dengan kondisi system pertahanan tubuh yang rendah, apabila terpapar oleh udara yang berdebu maka akan dengan segera dapat terjangkit oleh berbagai macam penyakit. Pada DOC, heat stress dapat menyebabkan kegagalan penyerapan kuning telur yang nantinya dapat menyebabkan timbulnya masalah lain seperti ompalitis dan maternal antibody yang tidak terbentuk, maka penerapan system brooding yang baik pada masa-masa awal pemeliharaan mutlak diperlukan untuk mencegah masalah dikemudian hari.
Cara-cara yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi heat stress agar tidak berlarut dan merugikan peternak adalah antara lain :
  1. Memberikan air dingin yang sehat, air dingin dapat digunakan untuk membantu unggas dalam upaya menstabilkan suhu tubuh saat udara lingkungan tinggi. Percobaan Leeson dan Summers menunjukkan bahwa pemberian air dengan suhu 2°C pada 50% ayam di kandang lalu kemudian dibandingkan dengan 50% yang diberi air pada suhu 33°C, maka ayam yang diberi air suhu dingin akan mengkonsumsi pakan 12 g lebih tinggi dari pada ayam yang diberi air hangat, selain itu produksi ayam diberi air dingin lebih tinggi 12% disbanding ayam yang diberi air hangat. Air sehat dapat diperoleh dengan memberikan perlakuan pada air berupa pemberian desinfektan air yang food hygine seperti SDIC yang akan menghasilkan klorin saat bereaksi dengan air, seperti produk KLORIN GARD.
  2. Penjarangan ayam, penjarangan dalam satu kandang bertujuan untuk mengurangi kepadatan ayam sehingga lebih merasa nyaman, tidak terlalu panas, padat dan dapat dengan leluasa meradiasikan panas dari dalam tubuh ke lingkungan.
  3. Perlakuan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, adalah tidak melakukan vaksinasi, debeaking atau perlakuan lain pada saat suhu lingkungan tinggi, karena hal ini dapat lebih memperparah kondisi heat stress. Kegiatan seperti diatas dapat dilakukan saat cuaca dingin atau malam hari, pemberian PARAGIN yang mengandung paracetamol sebagai antipiretik dan peningkat laju pertambahan berat badan, sorbitol dan vitamin C dapat digunakan untuk membantu peternak menenangkan ayam karena efek segar dan nyaman pada ayam setelah pemberian PARAGIN.
  4. Pemberian vitamin elektrolit TM-VITA pada air minum dapat digunakan sebagai upaya mengurangi efek heat stress pada ayam melalui perubahan keseimbangan asam basa air dengan penambahan elektrolit. Panting yang dilakukan unggas untuk menstabilkan suhu secara tidak langsung akan mempengaruhi keseimbangan metabolisme tubuh, maka dibutuhkan elektrolit sebagai maintenen evaporasi (penguapan).
  5. Manajemen pemberian pakan, dengan cara tidak memberikan pakan secara langsung, karena diketahui kematian dapat terjadi siang hari walaupun bukan merupakan waktu terpanas pada ayam yang telah diberi makan penuh pada pagi harinya. Hal ini dapat terjadi karena waktu tersebut adalah waktu pencernaan pakan, managemen yang dapat dilakukan adalah dengan memberi 1/3 pakan pada pagi hari kemudian 2/3 pakan pada waktu menjelang sore dan memberikan pakan tambahan yang mengandung calcium maupun mineral lain yang dibutuhkan oleh ayam pada malam hari.
  6. Pemberian vitamin asam amino INTROVIT 4+ WS, pemberian vitamin, yang mengandung vitamin C dapat digunnakan untuk membantu ayam mengatasi heat stress. Penelitian tahun 1960 menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dapat meningkatkan berat telur, tebal cangkang dan produksi telur. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa penambahan ascorbic acid dapat meningkatkan intake pakan, maka penambahan INTROVIT 4+ WS sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pakan pada cuaca panas.
Sumber : http://temanc.com/detail_artikel.php?kode_obat=17