Dr. Ir. Nurul Huda, MSi
Pusat Studi Pangan dan Gizi
Universitas Bung Hatta
Disampaikan Pada Seminar dan Pelatihan Penanganan
Daging Ayam Broiler, Hotel Muara, Padang
31 Oktober 2002
Sebagai sebuah negara yang terbuka, Pemerintah Indonesia tidak dapat mencegah dari masuknya pengaruh kebudayaan dan teknologi asing di segala aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu contohnya adalah pengaruh masuknya kebudayaan makanan instant (fast food), terutama dilingkungan masyarakat kota dan kaum muda. Produk Burger, Pizza, Fried Chicken, Donut, Kentang goreng yang tak pernah dikenal sebelumnya, pada saat ini sangat mudah mendapatkannya di pusat-pusat perbelanjaan dan aktifitas masyarakat kota. Diantara beragam jenis fast food yang berkembang pesat di negara kita terseburt, fast food ayam goreng (fried chicken) merupakan jenis fast food yang paling populer dan pesat perkembangannya Pusat-pusat penjualan Kentucky Fried Chicken, McDonald, Texas Fried Chicken, California Fried Chicken dan lain-lain seakan-akan sudah mendominasi penjualan ayam goreng dan menjadi bagian dari gaya hidup modern.
Pada umumnya, pusat penjualan tersebut merupakan usaha franchaise dari luar negeri dan dimiliki oleh pemodal kuat. Produk yang mereka hasilkan sudah memiliki standar tertentu dengan jaminan mutu yang tinggi. Harga yang ditawarkan cenderung hanya terjangkau oleh golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. Kekosongan pemasaran ayam goreng untuk konsumen golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah mulai dilirik oleh pengusaha lokal yang bermodal kecil dan sederhana. Dengan menggunakan peralatan dan fasilitas pemasaran yang sederhana, pengusaha kecil ini mencoba memanfaatkan derasnya perobahan gaya hidup modern ini dengan mendirikan warung-warung ayam goreng dipinggir jalan. Keadaan ini juga sudah terjadi di Sumatera Barat, khususnya Kota Padang sebagai Ibu Kota Propinsi.Aktivitas Industri Peternakan.
Bertambah pesatnya perkembangan industri penjualan ayam goreng ini memberikan implikasi positif terhadap perkembangan industri peternakan. Peningkatan ini juga diiringi dengan tututan akan mutu bahan baku. Ayam yang dikehendaki bukan saja harus berada pada suatu ukuran tertentu, namun proses paska panennyapun juga harus dilakukan dengan prosedur yang sesuai dengan memperhatikan mutu daging ayam yang akan dihasilkan. Semakin terpenuhi
tuntutan ini akan semakin tinggi mutu bahan baku ayam yang dihasilkan dan akan semakin tinggi pula nilai jual yang dapat diperoleh. Sebaliknya semakin rendah kemampuan peternak memenuhi tuntutan ini, akan semakin rendah nilai jual dari daging ayam yang dihasilkan.
Proses pra panen merupakan proses setelah hewan diputuskan untuk disembelih, transportasi ketempat penyembelihan, penyembelihan, pemisahan bagian-bagian, pembersihan dan penyimpanan. Sedangkan pascapanen meliputi proses perubahan dari bahan mentah (segar atau beku) menjadi produk yang siap untuk dikonsumsi. Dalam proses pra panen dan pasca panen ini terdapat beberapa istilah yang sepatutnya diketahui oleh seorang peternak penghasil daging ayam yaitu:
Artikel Lengkap klik disini
Rabu, 30 September 2009
PENANGANAN PRA PANEN AYAM PEDAGING
10.38
No comments
0 komentar:
Posting Komentar