Udara, suatu zat yang tidak berwarna dan tidak berbentuk namun keberadaan dan ketersediaanya menjadi hal yang sangat vital bagi kehidupan, termasuk juga pada ayam. Munculnya kasus penyakit pernapasan di peternakan ayam akibat peternak telat membuka tirai atau litter terlalu basah, bukanlah hal yang asing lagi terjadi.
Semua kondisi tersebut berkaitan dengan ketersediaan udara bersih di dalam kandang. Jika kuantitas dan kualitas udara buruk, maka ayam sudah pasti akan bermasalah. Nah, sebelum membahas bagaimana cara mempertahankan kualitas udara di dalam kandang, ada baiknya kita mengenal beberapa gas berbahaya yang menjadi sumber iritasi bagi ayam.
Amonia, Penyebab Bau dan Sumber Iritasi Utama Bagi Ayam
Salah satu masalah yang biasa muncul di peternakan ayam adalah masalah bau kandang. Bau yang menyengat terkadang menjadi penyebab munculnya komplain dari masyarakat (jika lokasi kandang dekat dengan pemukiman). Belum lagi adanya dampak serius terhadap kesehatan dan produktivitas ternak maupun para pekerja kandang. Lalu, adakah cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi bau kandang tersebut?
Kandang yang berbau menyengat biasanya disebabkan oleh kandungan amonia yang tinggi. Amonia adalah gas yang dihasilkan dari proses perombakkan sisa-sisa nitrogen yang terdapat dalam feses oleh bakteri ureolitik. Amonia sendiri di lingkungan terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk terikat atau terlarut dalam cairan feses (NH4OH) dan bentuk gas (NH3).
Indonesia yang beriklim tropis dengan sistem dan tatalaksana pemeliharaan yang belum sepenuhnya benar, maka hampir bisa dipastikan kadar gas amonia yang dihasilkan sangatlah tinggi. Keadaan ini belum disadari sepenuhnya, apalagi dampak dari tingginya gas amonia tersebut. Sebagai contoh nyata adalah masih banyaknya farm yang jarak antar kandangnya hanya berkisar 5 meter saja, sehingga aliran udara tidak lancar yang berakibat tertimbunnya gas amonia di dalam kandang.
Begitu juga dengan kotoran ayam (layer) yang kadang menumpuk sampai berbulan-bulan, padahal alas kandangnya sangat rendah dan lembab. Belum lagi jika kepadatan kandang (broiler) melebihi ukuran standar, sehingga litter menjadi cepat basah dan akhirnya gas amonia menumpuk dalam kandang ayam broiler tersebut.
Efek tingginya amonia
Gas amonia mempunyai daya iritasi yang tinggi, terutama pada mukosa membran pada mata dan saluran pernapasan ayam. Terlebih lagi jarak antara saluran pernapasan ayam dengan feses, sebagai sumber amonia begitu dekat (< 20 cm). Tingkat kerusakan akibat amonia sangat dipengaruhi oleh konsentrasi gas ini.
Di dalam kandang ayam, konsentrasi amonia cukup bervariasi antara 5-90 ppm. Sedangkan rekomendasi umum untuk kandungan amonia yang aman dan belum menimbulkan gangguan pada ayam ialah di bawah 20 ppm (Ritz et al., 2004). Di luar ambang batas aman ini, amonia akan menimbulkan kerugian pada ayam, baik berupa kerusakan membran mata dan pernapasan sampai hambatan pertumbuhan dan penurunan produksi telur (Tabel 1).
Amonia dengan kadar tinggi secara tidak langsung juga bisa memicu kasus infeksi penyakit saluran pernapasan seperti CRD, korisa, ND, AI, IB dan ILT. Hal ini tidak lain disebabkan adanya kerusakan membran saluran pernapasan yang merupakan gerbang pertahanan terhadap infeksi bibit penyakit.
Efek lainnya ialah timbul gangguan pembentukan kekebalan tubuh, baik yang bersifat lokal maupun humoral. Produksi kekebalan lokal (IgA) yang terdapat dalam saluran pernapasan atas akan mengalami gangguan akibat rusaknya sel-sel epitel oleh iritasi amonia. Sedangkan kadar amonia yang tinggi dalam darah (akibat terhisap dalam jumlah besar) menyebabkan stres pada sel-sel limfosit sehingga produksi antibodi (IgG dan IgM) juga mengalami gangguan (North, 1984).
Deteksi amonia
Berdasarkan pengalaman di lapangan, kandang postal dengan litter memiliki potensi gangguan amonia lebih besar dibanding kandang slat/panggung. Sebab, amonia memiliki massa jenis lebih tinggi daripada udara. Akibatnya, pada kandang litter, ayam akan langsung menghirup amonia terus menerus.
Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi kadar amonia di kandang, di antaranya dengan memakai alat indikator amonia. Poin terpenting ketika menggunakan alat tersebut ialah meletakkannya pada ketinggian yang tepat, misalnya saja ± 10 cm dari lantai atau setara dengan tinggi kepala ayam.
Jika terlalu dekat ke lantai, maka amonia yang terukur akan terlalu pekat. Sedangkan jika terlalu tinggi, amonia yang terukur terlalu kecil karena amonia cenderung sudah terbawa angin/udara sekitar. Oleh karena itu, cara termudah yang bisa diaplikasikan oleh peternak untuk mengetahui kadar amonia di dalam kandang adalah dengan indera penciuman. Bila kita masuk ke kandang dan bau kotoran sudah mulai menyengat, maka kadar amonia sudah bisa dikatakan berlebihan.
Sumber Iritasi Lainnya
Di dalam udara kandang, selain amonia masih ada beberapa macam gas yang juga bisa menimbulkan iritasi pada ayam jika kadarnya berlebihan. Gas-gas ini sebagian juga diketahui terakumulasi dalam feses. Gas tersebut, antara lain:
Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida (CO2) adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan satu setengah kali lebih berat dibandingkan udara bersih (O2). CO2 dihasilkan dari limbah proses metabolisme tubuh (proses pernapasan, red) bersamaan dengan dihasilkannya panas tubuh. Gas ini bisa menyebabkan gangguan sesak napas pada ayam jika kadarnya sangat berlebihan. Konsentrasi maksimum CO2 yang masih direkomendasikan untuk kandang ayam adalah 2500 ppm. Beberapa penelitian melaporkan bahwa saat konsentrasi CO2 sudah mencapai 3500 ppm, maka akan muncul nodul-nodul pada paru-paru sehingga kerja paru-paru terganggu dan ayam menjadi peka terhadap serangan bibit penyakit (Alchalabi, Poultry International, 2001).
Hidrogen sulfida (H2S)
Meski jarang terdengar, hidrogen sulfida merupakan gas beracun yang dihasilkan dari penguraian materi organik, seperti feses oleh bakteri anaerob. Gas ini bisa merusak sistem pernapasan ayam dan menghambat sistem enzim. Ayam yang menghirup hidrogen sulfida dengan konsentrasi 2.000-3.000 ppm selama 30 menit akan mengalami gangguan pernapasan. Selain itu, ayam juga bisa mati saat menghirup H2S dengan kadar 4.000 ppm selama 15 menit.
Hipoksia
Hipoksia merupakan suatu keadaan kekurangan oksigen yang dapat dipicu oleh penurunan kadar oksigen (O2) dalam udara sehingga ketersediaan O2 untuk proses metabolisme tubuh menjadi berkurang. Hipoksia sendiri secara tidak langsung bisa memicu kejadian hidrops ascites.
Hidrops ascites merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan pengumpulan cairan pada rongga tubuh. Kondisi ini awal mulanya disebabkan oleh kurangnya kapasitas paru-paru untuk menyediakan oksigen. Ayam yang menderita hidrops ascites akan terlihat “gendut” terutama di bagian perut dan jika diraba akan terasa ada cairan di dalamnya. Adanya timbunan cairan dalam rongga perut tersebut akan menyebabkan ayam sulit bergerak sehingga menjadi lebih malas, serta nafsu makan dan minumnya menurun. Tak jarang ayam juga mengalami kematian mendadak dengan posisi tubuh terlentang.
Faktor penyebab kondisi hipoksia
Kondisi hipoksia bisa tercipta dalam kandang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas sumber iritasi seperti amonia, CO2 dan H2S. Amonia misalnya, akan mudah sekali meningkat saat kondisi feses dan litter basah atau lembab. Kondisi ini bisa saja dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Feses yang dikeluarkan ayam basah
Poin awal permasalahan peningkatan kadar amonia ialah feses yang dikeluarkan ayam dalam kondisi basah. Feses basah bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya infeksi saluran pencernaan, baik karena necrotic entritis, koksidiosis, colibacillosis maupun jamur, sehingga pencernaan dan penyerapan ransum menjadi terganggu. Feses pun menjadi basah.
Selain karena infeksi bibit penyakit, kandungan garam dan protein kasar yang terlalu tinggi dalam ransum juga dapat menyebabkan feses menjadi basah (diare). Kondisi tersebut akan mengganggu kerja ginjal dalam membuang asam urat, sehingga feses menjadi lebih basah dan kandungan asam uratnya (“bahan baku” amonia, red) semakin tinggi.
2. Manajemen litter yang kurang optimal
Salah satu fungsi litter yaitu membantu penyerapan air yang ada pada feses sehingga lebih cepat kering. Jika kualitas dan kuantitas litter kurang baik maka feses akan menjadi basah. Kondisi ini tentu saja akan mendukung terbentuknya amonia. Manajemen litter yang kurang baik, seperti tidak ada pembolakbalikan litter dan adanya tumpahan air minum juga akan mengakibatkan hal ini.
3. Kandang terlalu padat
Semakin tinggi kepadatan ayam, feses yang menumpuk per m2 luasan kandang semakin banyak dan daya serap litter menjadi terbatas. Akibatnya kadar amonia menjadi lebih tinggi.
4. Sistem sirkulasi udara yang terhambat
Sirkulasi udara yang terganggu karena jarak kandang yang terlalu dekat, kandang terlalu dekat dengan tebing atau terlalu banyak pepohonan, akan mengakibatkan pembuangan gas-gas berbahaya menjadi terhambat. Selain itu bisa menghambat pengeringan feses oleh aliran angin. Akibatnya kadar gas seperti amonia, CO2 dan H2S akan lebih cepat meningkat.
Cara Menciptakan Udara Bersih
Setelah kita bisa mengetahui dan menganalisis penyebab meningkatnya kadar amonia dan gas berbahaya lainnya dalam kandang, maka langkah selanjutnya ialah mencari solusi untuk mengatasi faktor penyebab tersebut, yaitu:
Atasi kasus infeksius penyebab feses basah
Ketika terjadi kasus infeksi penyakit bakterial yang menyerang saluran pencernaan, segera lakukan tindakan pengobatan agar kejadian feses basah/diare bisa dihentikan. Obat harus diberikan dalam 2 x pemberian, yaitu pukul 06:00 – 12:00 dan 12:00 – 18:00. Sedangkan malam hari diberikan air minum plus vitamin (Fortevit atau Vita Stress) atau air minum biasa. Keberhasilan pengobatan ini juga sangat dipengaruhi oleh ketepatan diagnosa. Jika perlu lakukan uji laboratorium (MediLab) untuk memastikan diagnosa.
Cek dan perbaiki kualitas nutrisi ransum
Terkait kasus feses basah yang disebabkan oleh kualitas nutrisi ransum, sebaiknya periksa kadar protein kasar dan garam di Medion Laboratorium (MediLab). Sesuaikan kadar protein kasar dan garam dengan kebutuhan ayam. Selain itu, pastikan asupan ransumnya juga sesuai dengan standar kualitas ransum. Bisa saja kualitas ransum ayam sudah sesuai namun karena feed intake yang berlebihan menyebabkan kadar protein dan garam terlalu berlebih.
Manajemen litter yang baik
Manajemen litter ini dimulai dari pemilihan bahan litter yang berkualitas (kering, tidak berdebu, mampu menyerap air secara optimal) dalam jumlah yang cukup (tidak terlalu tipis). Pada 3 hari setelah chicks in lakukan pembolak-balikan litter secara teratur setiap 3-4 hari sekali. Selain itu, perbaiki atap yang bocor dan alas slat yang rusak, serta hati-hati membawa tempat minum ayam saat dilakukan penggantian air minum agar litter tidak terkena banyak tumpahan air yang mengakibatkan litter cepat basah.
Jika litter basah dan menggumpal dalam jumlah sedikit, terutama di sekitar tempat makan, tempat minum dan di depan pintu segera ambil dan ganti dengan yang baru. Namun jika jumlah litter yang menggumpal banyak, alangkah lebih baik jika ditambahkan litter baru.
Atur kepadatan kandang
Kepadatan kandang ideal per 1 m2 untuk ayam pedaging dewasa ialah 6-8 ekor dan ayam petelur 8-10 ekor. Saat awal (masa brooding) lakukan pelebaran sekat kandang secara teratur sesuai pertumbuhan ayam sampai seluruh kandang ditempati.
Pengaturan sirkulasi udara
Hal ini dilakukan dengan memperhatikan manajemen buka tutup tirai sesuai dengan arah datangnya angin serta menambahkan blower atau fan (kipas). Yang perlu diperhatikan ialah angin jangan mengenai tubuh ayam langsung dan kecepatannya sebaiknya tidak lebih dari 2,5 – 3 m/detik untuk ayam dewasa atau < 0,3 – 0,6 m/detik. Pembukaan tirai kandang juga sebaiknya dimulai dari atas ke bawah agar anak ayam tidak langsung terkena aliran angin.
Mengontrol Amonia
Fokus berbicara mengenai amonia, peternak sudah sering menghadapi masalah pelik terkait bau amonia yang sangat menyengat di kandangnya. Jika konsentrasi amonia sudah sangat tinggi dan baunya sudah sangat menyengat, maka peternak harus segera mengambil tindakan untuk menguranginya. Selain dengan mengatur sirkulasi udara dan memperbaiki manajemen pemeliharaan ayam, peternak juga bisa menggunakan zat kimia tertentu yang mampu bekerja mengikat amonia.
Mengingat bahaya yang ditimbulkan amonia sangat besar, khususnya bagi usaha peternakan di Indonesia dengan iklim tropis dan tata laksana pemeliharaannya, maka diperlukan tindakan yang terencana dan tepat guna untuk penanggulangannya.
Dari salah satu penelitian dilaporkan bahwa ekstrak tanaman herbal Yucca schidigera terbukti sangat efektif digunakan untuk mengikat amonia. Menyadari hal tersebut, maka saat ini Medion telah memproduksi produk pengikat amonia yang dibuat dari ekstrak Yucca schidigera. Produk tersebut adalah Ammotrol. Ammotrol aman digunakan setiap hari dalam jangka waktu lama untuk mengikat amonia tanpa menimbulkan efek samping dan residu. Pemberian Ammotrol juga relatif mudah, cukup disemprotkan ke feses atau dilarutkan dalam air minum, serta bisa diberikan bersamaan/dicampur dengan vitamin atau antibiotik.
Bagaimana Kinerja Ammotrol dalam Mengurangi Kadar Amonia di Kandang?
Di dalam Ammotrol terkandung glycocomponent yang dapat mengikat amonia, baik yang diproduksi di dalam saluran pencernaan maupun amonia yang berasal dari feses, sehingga mencegah pelepasan gas beracun tersebut ke udara bebas. Dari trial Research and Development (R&D) Medion, telah terbukti bahwa Ammotrol efektif menurunkan kadar amonia dalam kandang.
Dalam trial tersebut, R&D Medion melakukan uji tanding Ammotrol dengan produk sejenis yang mengandung bioflavonoid dan polyphenol (produk “X”), serta probiotik/effective microorganism (EM) (produk “Y”) di kandang ayam layer komersial.
Ammotrol disemprotkan pada feses tiap 3 hari sekali selama jangka waktu 3 minggu. Setelah itu, kadar amonia pasca penyemprotan diukur setiap minggunya dan hasilnya dibandingkan dengan data awal sebelum penyemprotan, serta dibandingkan dengan produk sejenis maupun kontrol (tidak diberi tambahan apapun) (Grafik 1).
Dari trial tersebut (Grafik 1), terlihat bahwa penyemprotan Ammotrol mampu menurunkan kadar amonia sebesar 8 ppm (atau sekitar 42,11% dari kadar amonia pengukuran awal) dibanding produk lain sejenis yang mengandung zat aktif probiotik/EM, flavonoid dan polyphenol.
Dari seluruh bahasan di atas bisa disimpulkan bahwa kualitas udara sangat mempengaruhi kenyamanan hidup ayam di dalam kandang. Jika kualitas udara baik, maka ayam pun bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, peternak wajib mengurangi konsentrasi gas yang mampu menurunkan kualitas tersebut. Salah satu caranya dengan menggunakan Ammotrol. Semoga bahasan artikel kami kali ini bisa memberikan informasi baru bagi Anda sebagai peternak. Salam sukses selalu!
Info Medion Edisi Juni 2013
sumber : https://info.medion.co.id/index.php/artikel-broiler/artikel-tata-laksana/1049-waspadai-gas-berbahaya-dalam-kandang