Rabu, 05 Oktober 2011

Vaksin ND: Perlu Isolat Lokal?


Memperdebatkan perlu tidaknya penggunaan isolat lokal sebagai master seed vaksin ND, agar kekebalan yang dihasilkan optimal
Catatan ilmiah itu menyebut angka sekitar 80% isolat virus ND yang diisolasi dari berbagai peternakan ayam di Indonesia tergolong VVND (Viscerotropic Velogenic Newcastle Diseases). Nama tersebut merujuk kepada bentuk serangan terhadap sistem pencernaan ayam dengan tingkat keganasan (virulensi) yang tinggi.
Velogenic menunjukkan kelompok virus ber-virulensi tinggi, dan viscerotropic menunjukkan organ pencernaan sebagai target serangan. Angka di atas disodorkan Sugeng Pujiono, General Manager PT Caprifarmindo Labs (Veterinary & Aquaculture Division Sanbe) saat ditemui TROBOS di Bandung akhir bulan lalu.
Sementara, lanjut Sugeng, vaksin yang banyak beredar di pasaran untuk memproteksi ayam dari penyakit yang dikenal juga dengan nama tetelo ini menggunakan master seed (benih virus) yang berbeda karakter. “Umumnya, vaksin yang tersedia menggunakan isolat virus strain lasota, B1, atau F sebagai master seed,” kata dokter hewan alumnus Universitas Airlangga ini. Strain virus yang disebutnya itu masuk kategori lentogenic (ringan) atau mesogenic (kurang ganas) sehingga tingkat proteksinya tidak optimal.
Dikatakan Sugeng, pihaknya telah melakukan sequences (pengurutan) DNA virus. “Hasilnya, virus ND yang berkembang di lapangan saat ini berbeda jauh dari karakter virus yang umum digunakan untuk vaksin di pasaran,” terangnya. Menurut dia, penggunaan vaksin homolog (menggunakan isolat lokal) menjadi tuntutan.
Pandangan serupa disampaikan Teguh Yodiantara Prajitno, Presiden Direktur PT Vaksindo Satwa Nusantara (Vaksindo). Hasil karakterisasi virus yang dilakukan Vaksindo menunjukkan virus ND di Indonesia sudah bergeser. Sampel virus ND dikoleksi dari beberapa farm di Banjarmasin, Bali, Kudus, Makassar, Sragen dan Sukorejo.
Dan pemetaan karakterisasi pada “pohon filogenik virus” tergambar jarak perbedaan virulensi yang semakin jauh dengan strain lasota dan B1. “Antigen atau virus yang kebanyakan digunakan vaksin ND saat ini masuk genotipe 1 dan 2, sementara virus ND yang berkembang di lapangan masuk genotipe 7,” papar doktor biomolekuler tamatan Jerman ini. 
Ia menambahkan, pergeseran karakter virus ini bisa dipengaruhi banyak faktor, termasuk musim atau iklim, serta seringnya paparan penyakit pada farm tersebut. Hasil uji yang dikembangkan Vaksindo juga menunjukkan, penggunaan isolat virus ND lokal sebagai vaksin memberikan proteksi yang lebih tinggi ketimbang vaksin ND komersil yang beredar di pasaran saat ini.
Tetapi tak sedikit yang pendapatnya berseberangan dengan anggapan ini. Technical Department Manager PT Romindo Primavetcom, Nurvidia Machdum salah satunya. Ia menegaskan vaksin ND yang digunakan peternak saat ini masih efektif menghadang virus di lapangan, kendati isolat virus yang digunakan bukanlah dari hasil isolasi virus lokal. “Vaksin dengan antigen strain lasota asal Amerika misalnya, terbukti memberikan protektivitas yang baik di lapangan,” dokter hewan ini menyodorkan fakta. Paparan virus ND pada kelompok ayam yang divaksin dengan strain lasota tidak menimbulkan kematian.

Tidak VVND, Tidak Optimal
Panjang lebar Teguh menjabarkan. Vaksin ND aktif berfungsi memberikan kekebalan lokal pada saluran pernafasan ayam, sementara vaksin inaktif berfungsi memberi kekebalan sistemik pada organ-organ tubuh ayam melalui sistem peredaran darah. Sebaiknya proteksi pada ayam dilakukan menggunakan kedua jenis vaksin tersebut. Vaksin aktif diberikan di umur awal, biasanya berupa tetes mata/hidung, sementara inaktif dalam bentuk injeksi.
Menurut dia, idealnya isolat seed untuk vaksin sama dengan virus lapangan. Vaksin yang beredar umumnya berasal dari Amerika dan masuk golongan lentogenic dan mesogenic. Tentunya tidak cocok dengan virus ND yang ada di Indonesia yang masuk golongan velogenic atau VVND. Dikatakannya, vaksin ND berbasis strain lasota dan B1 cukup protektif tapi tidak optimal.
Satu catatan penting, penggunaan vaksin berbasis velogonic strain hanya dapat diamati responnya pada ayam berumur panjang, layer atau breeder. Pasalnya, pembentukan antibodi atau imunitas (imun kompeten) baru terjadi pada ayam umur 4 – 5 minggu. Sementara broiler (ayam pedaging), umur 32 hari sudah dipanen. “Tidak heran vaksin ND golongan lentogenic masih relatif efektif pada broiler,” terang Teguh. Sehingga vaksin dengan velogenic strain lebih diutamakan bagi peternakan layer (ayam petelur) dan breeding (pembibitan).

Isolat lokal
Sampai hari ini peternak umumnya masih menggunakan vaksin ND bukan isolat lokal. Menurut Teguh, karena belum cukup tersedia vaksin dengan isolat lokal. Ia mengaku, Vaksindo masih melakukan pengembangan penelitian terhadap vaksin ND isolat lokal, dan dalam waktu dekat akan meluncurkan produknya.
Sementara Caprifarmindo, menurut Sugeng, sudah memproduksi vaksin ND killed (inaktif) dengan strain lokal sebagai master seed terhitung Juni 2009 lalu. Virus tersebut merupakan hasil penelitian Balai Besar Penelitian Veteriner (BBalitvet), Kementerian Pertanian, Bogor. “Tergolong VVND, berasal dari Pulau Jawa dan diberi nama strain ITA,” imbuh Sugeng.
Diproduksi sebagai vaksin inaktif karena virus ITA tergolong ganas, tujuannya untuk menekan risiko shading (pencemaran/pelepasan virus) ke lingkungan. Untuk vaksin ND aktif, Caprifarmindo menggunakan isolat lentogenic dan mesogenic.
Dari 10 isolat lokal ND asal berbagai daerah yang diuji, kata Sugeng, strain ITA paling layak digunakan sebagai vaksin. Uji potensi, uji tantang dan uji stabilitas hasilnya sangat baik. Selebihnya, ada yang uji titer HI-nya tinggi tetapi diuji tantang dengan virus lapang ayam tetap terserang.  Ada juga seed vaksin yang titernya tinggi, uji tantang protektif, namun menimbulkan shading ke lingkungan dalam waktu yang panjang (bisa sampai 10 hari). “Tentunya tidak layak sebagai vaksin,” ia beralasan.
Ditambahkannya, sementara vaksin ND strain lasota hanya menembus titer HI sampai log 25, vaksin ND strain ITA mampu menembus titer HI sampai log 211. “Artinya strain ITA bisa membentuk antibodi lebih cepat dan bertahan lebih lama,” ujarnya setengah berpromosi.

Kalau MAB Tinggi
Sebagian kalangan menengarai ketidakmiripan isolat atau jauhnya antigen dalam vaksin dengan virus lapang sebagai salah satu sebab tidak optimalnya vaksinasi (kekebalan yang terbentuk tidak maksimal) yang berpotensi terjadinya “kebocoran” ND di farm. Sehingga kendati sudah menerapkan program vaksinasi, outbreak (wabah) masih ada, alias bocor. Dan persoalan menjadi lebih kompleks ketika kasus bocor ini muncul di breeding farm. Pasalnya, infeksi pada induk berpotensi pada tingginya titer maternal antibody (MAB) pada DOC (anak ayam) yang dihasilkan.

Selengkapnya baca di Majalah TROBOS Edisi Oktober 2010

Sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=28&aid=2498

0 komentar: