Kamis, 01 Januari 2009

PERLUNYA BROILER DIPUASAKAN

TEMPERATUR lingkungan terutama di musim kemarau merupakan permasalahan yang menjadi perhatian bagi peternak karena temperatur lingkungan yang tinggi dapat meningkatkan FCR dan kematian. Temperatur dalam kandang terutama pada sistem “Open House” sangat dipengaruhi oleh lokasi farm. Lokasi tersebut harus memiliki sumber air yang mudah diperoleh serta perlu juga diperhatikan kecepatan angin dalam kandang.

Ayam merupakan hewan homeothermis atau berdarah panas dengan temperatur tubuhnya 40.6oC dan 41.7oC. Temperatur tubuh yang tinggi ini membuat ayam memiliki kemampuan terbatas dalam menyesuaikan diri dengan temperatur lingkungan. Oleh karena itu ayam akan merasa sangat tertekan jika suhu lingkungan lebih tinggi dari temperatur ideal baginya yaitu 19-27oC. Ayam memiliki kemampuan terbatas dalam mengurangi panas tubuhnya. Pengeluaran panas dilakukan melalui sistem respirasi karena ayam tidak memiliki kelenjar keringat, sehingga kerja jantung dan angka respirasi akan menjadi lebih tinggi (biasa disebut dengan “panting’). Stres panas ini juga bisa mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh ayam. Perubahan fungsi fisiologis ini dapat berupa adaptasi ayam terhadap temperatur lingkungan yang ekstrim, contohnya : ayam akan mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi air minum (agar produksi panas dalam tubuhnya / Heat Increment berkurang sehingga dapat membuang panas dengan jalan panting). Sekitar 60 % panas tubuh akan di buang melalui mekanisme panting.

Mekanisme panting ini akan dilakukan ayam terutama pada kandang yang kelembabannya rendah. Jika temperatur lingkungan terlalu panas maka ayam akan mengurangi aktifitasnya, sayap menjadi lunglai dan akan terjadi perubahan keseimbangan hormon.
Salah satu konsekuensi akibat stress panas maka ayam akan menurunkan konsumsi pakan, sehingga konsumsi nutriennya (asam amino, lemak, mineral maupun vitamin) juga akan turun. Oleh karena itu perlu menyiasati agar ayam dapat tercukupi kebutuhan nutriennya pada kondisi lingkungan yang panas.

Puasa ayam di siang hari secara fisiologis akan lebih baik dilakukan juga dengan pemberian air minum secara adlibitum. Interval puasa dapat dilakukan 6 – 8 jam sebelum terjadinya awal stres panas, kemudian terjadi lagi stres panas selama 6 jam sesudahnya, sehingga total interval puasanya menjadi 12 jam (masih dapat ditolelir). Pemberian pakan pada siang hari kurang efisien karena hasil metabolisme zat makanan pada jumlah tertentu harus dibuang. Pemberian vitamin C dan elekrolit (6 jam sebelum awal terjadinya stres panas) juga sangat dianjurkan serta dapat dilakukan juga penyiraman atap kandang dengan air atau dengan menambah kipas.
(Bagus Hamidi, R & D Feed Technology, PT. CPJF Jakarta).

BULETIN CP. APRIL 2006 No 76/Tahun VII

0 komentar: