Minggu, 09 Agustus 2015

Necrotic Enteritis, Tantangan Broiler Sejak Dini

Tantangan Necrotic Enteritis (NE) yang umumnya menyerang broiler (ayam pedaging) disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens. Penyakit yang secara umum lebih dikenal dengan radang pada usus ini mengintai unggas semenjak chickin (ayam masuk kandang). Hal ini diungkapkan B. Budi Wirawan, Poultry Health PT Ciomas Adisatwa.
              
Ia menerangkan, tantangan penyakit ini ternyata datang dari sekam untuk litter yang meski telah didesinfektan sebelumnya. “Clostridium perfringens sulit dibunuh karena bisa membentuk spora,” jelasnya. Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan broiler melalui kontak langsung dengan paruh, mengingat ayam memiliki kebiasaan mematuk-matuk litter.
              
Ditto Aji, Technical Sales salah satu perusahaan obat hewan area Jawa Tengah, menambahkan, salah satu jalan masuknya bakteri adalah akibat tempat pakan yang jarang dibersihkan dari litter maupun feses ayam yang tidak sengaja masuk akibat kebiasaan ayam mengais-ngais litter dan pakan. “Feses ayam atau litter yang tercemar masuk ke tempat pakan dan mencemari pakan yang ada,”katanya.
              
Budi melanjutkan broiler yang terjangkit NE sulit sekali dideteksi dari penampilan luar. Pasalnya ciri-ciri yang tampak mirip sekali dengan penyakit pencernaan lainnya. “Ciri yang tampak adalah bulu berdiri dan kloaka nampak kotor bahkan mirip dengan gejala IBD (gumboro) karena IBD juga menyebabkan gangguan pencernaan,” terangnya.
              
Ditto menimpali, ciri yang tampak lainnya adalah ayam terlihat bergerombol, feses encer dan berwarna merah kecoklatan seperti pepaya. Feed Convertion Ratio (FCR) pun akan meningkat karena pakan tidak terserap dengan sempurna.
              
Budi mengatakan lagi, perbedaan akan tampak saat pembedahan dilakukan, broiler yang terjangkit NE akan memiliki usus dengan radang yang parah ditandai dengan pembengkakan pembuluh darah vaskuler. “Jika kronis bisa terlihat warna usus yang merah darah,”ujarnya.
              
Ditto mengimbuhkan, nekrosa pada mukosa usus halus akan tampak apabila serangan NE terjadi. Juga terjadi perubahan pada usus yang mengakibatkan rapuhnya usus. “Beberapa kasus ditemui gelembung udara di dalam usus,”ungkapnya.
              
Pada musim penghujan jumlah kasus NE meningkat dibandingkan dengan musim kemarau. Hal itu sebagai akibat dari lembabnya litter pada musing penghujan. Saat kemarau, Collibacilosis yang menyerang pernapasan kerap muncul dikarenakan perubahan suhu yang ekstrim saat siang dan malam.

Penyakit ini menyerang broiler pada umur 2-5 minggu dan pada layer di umur 3-6 minggu. “Kebanyakan menyerang ayam saat masih menggunakan sekam sebagai litter, ditambah dengan kondisi kandang dan peralatan yang tidak higienis,”jelas Ditto.

Diawali Coccidiosis

Kemunculan NE pada broiler tidak bisa lepas dari infeksi parasit awal yakni coccidiosis. Gejala jika dilihat dari ekskreta yang dikeluarkan broiler pun hampir sama cirinya, yakni cenderung berdarah. “Infeksi awal NE pada saluran pencernaan akan mengikuti setelah cocci yang akan menyerang terlebih dahulu dan biasanya di sekitar duodenum,”terang Budi.
              
Masuknya cocci, akan menembus fili-fili usus. Banyaknya sel usus yang rusak merupakan pintu bagi masuknya Clostridium perfringens, serangannya pun tidak tanggung-tanggung yakni sepanjang usus itu sendiri.
              
Kasus yang terjadi pada broiler lebih banyak disebabkan oleh buruknya manajemen pemeliharaan dan sanitasi kandang, kepadatan yang berlebihan, serta buruknya sirlukasi udara yang mengakibatkan sekam basah. “Kepadatan untuk di Indonesia saat ini telah mencapai 20 ekorper m2, tentunya harus dibarengi dengan manajemen yang ketat,”ungkap Budi.
              
Kepadatan kandang ideal menurut Ditto adalah 8 ekorper m2. Jika terlalu padat maka penyebaran akan berlangsung cepat dengan tingkat kematian 5–15% bahkan bisa mencapai 40% pada kasus yang akut. “Kepadatan yang tinggi menyebabkan penyebaran NE lebih cepat, khususnya di kandang postal karena sekam akan cepat basah,”ujarnya.
              
Budi melanjutkan, saat ini kasus NE pada broiler relatif jarang terjadi. Hal ini disebabkan semakin sadarnya peternak akan kebersihan dan sanitasi kandang serta didukung manajemen pemeliharaan yang semakin baik. “Asalkan bakteri penyebab tidak terlalu banyak jumlahnya, tidak berdampak serius terhadap broiler,” tegasnya.NE bisa terjadi sebagai kasus tunggal, namun hanya pada broiler yang tidak pernah bersentuhan dengan antibiotik semasa hidupnya.
              
Budi menegaskan, NE pada broiler bisa dicegah terlebih dahulu dari pakan yang mengandung coccidiostat guna menghambat pertumbuhan bakteri penyebab coccidiosis. Selain itu, adanya growth promotor pada pakan turut membantu dalam pencegahan serangan NE. Penggunaan antibiotik juga kerap digunakan pada broiler agar tidak gampang terserang penyakit.

Sumber : Majalah Trobos

0 komentar: