Close Housed

Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak, menyediakan udara yang sehat bagi ternak, menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak, meminimumkan tingkat stress pada ternak.

Broiler Modern

Ayam pedaging hasil persilangan dari berbagai bangsa ayam pedaging, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan daging secara optimal dan edisien, memiliki keunggulan pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak, yang didukung dengan pakan yang berkualitas dan menajemen pemeliharaan yang maksmila

DOC ( Day Old Chick )

DOC(day old chick), anak yam umur 1 hari sangat menentukan keberhasilan usaha ternak ayam. Kondisi DOC yang baik merupakan modal awal yang sangat penting.

Broiler

Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

Pakan Ayam Broiler

Campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.

Kemitraan Ayam Broiler

Kerjasama pemeliharaan ayam broiler dengan pola kerjasama inti dan plasma. Kerjasama dilaksanakan atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan antara inti dan plasma.

Minggu, 23 Agustus 2009

Khasiat hati ayam broiler

Hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 85% daging dan 37% hati ayam broiler di Jabotabek mengandung residu kelompok antibiotik penisilin cukup besar. Jika daging dan hati ayam itu dikonsumsi dalam jangka waktu cukup panjang berisiko munculnya berbagai penyakit.

Hal itu diungkapkan dua peneliti, Rusiana dan DN Iswarawanti, pada Seminar SEAMO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) dan Tromed RCCN (Tropical Mendicine Regional Center for Community Nutrition) Universitas Indonesia di Jakarta, Senin (22/12).

Kepada Media, Rusiana yang juga menjabat Kepala Seksi Penilaian Produk Pangan Fungsional Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mengatakan telah melakukan penelitian ayam broiler di Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Sebanyak 80 ekor ayam broiler dijadikan sampel untuk penelitian.

Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata hasilnya 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam broiler itu mengandung residu antibiotik. Rusiana menjelaskan dari sampel daging dan hati broiler itu terdapat residu antibiotik tylosin, penicillin, oxytetracycline, dan kanamycin.

Penelitian sampel kelompok antibiotik menggunakan metode Bioassay dan hasil analisisnya dinilai berdasarkan Codex Alimentarius Commission (CAC) atau standar pangan yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan Dunia (FAO), dan standar European Economic Community (EEC).

“Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa kelompok antibiotik penisilin merupakan residu yang paling banyak ditemukan di hati ayam,” kata Rusiana.

Sementara itu, Iswarawanti menambahkan hati ayam broiler mengandung lebih banyak antibiotik kelompok penisilin dibandingkan daging. Kandungan antibiotik penisilin mencapai 41,3% jika dihitung berdasarkan maximum residue limit–MRL per batas maksimal residu). Angka itu masih di bawah 45% kandungan MRL residu penisilin.

Namun, dia mengingatkan bahwa sebenarnya kelompok antibiotik penisilin itu bukan digunakan untuk ternak ayam, melainkan untuk pengobatan manusia. Jadi, jika daging dan hati ayam broiler itu dikonsumsi dalam jangka waktu panjang sangat membahayakan kesehatan manusia.

Iswarawanti menjelaskan penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi daging dan hati ayam broiler yang mengandung antibiotik itu secara berkepanjangan bisa menyebabkan teratogenic effect, carcinogenic effect, mutagenic effect dan resisten terhadap antibiotik sendiri.

Rusiana menjelaskan bahwa teratogenic effect adalah kandungan antibiotik bisa menyebabkan efek buruk untuk ibu yang mengandung, terutama untuk janinnya. Ibu yang mengandung bisa mengalami keguguran atau bayi yang dilahirkan cacat.

Kalau carcinogenic effect, antibiotik yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan munculnya penyakit kanker. Sedangkan mutagenic effect, antibiotik dapat menimbulkan mutasi bagi mikroorganisme seperti bakteri.

Sementara itu, bagi mereka yang banyak mengonsumsi daging dan hati ayam yang mengandung antibiotik, tubuhnya akan mengalami resistan terhadap reaksi antibiotik. Maka, obat antibiotik yang dikonsumsi orang yang banyak makan hati ayam yang mengandung antibiotik tidak akan menimbulkan efek apa pun.

“Antibiotik itu juga bisa menimbulkan alergi seperti menimbulkan bintik-bintik dan gatal-gatal pada kulit,” tambah Rusiana.

Dia menjelaskan, untuk daging yang kandungan antibiotiknya rendah relatif aman. Tetapi, hati ayam yang banyak ditemukan mengandung lebih banyak antibiotik penisilin sudah perlu hati-hati untuk mengonsumsinya. ”Padahal, selama ini banyak orang yang mengharapkan mendapat asupan zat besi dengan memakan hati ayam. Tetapi, hati ayamnya ternyata belum aman,” katanya.
Hasil penelitian mengungkapkan sebanyak 85% daging dan 37% hati ayam broiler di Jabotabek mengandung residu kelompok antibiotik penisilin cukup besar. Jika daging dan hati ayam itu dikonsumsi dalam jangka waktu cukup panjang berisiko munculnya berbagai penyakit.

Hal itu diungkapkan dua peneliti, Rusiana dan DN Iswarawanti, pada Seminar SEAMO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) dan Tromed RCCN (Tropical Mendicine Regional Center for Community Nutrition) Universitas Indonesia di Jakarta, Senin (22/12).

Kepada Media, Rusiana yang juga menjabat Kepala Seksi Penilaian Produk Pangan Fungsional Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mengatakan telah melakukan penelitian ayam broiler di Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Sebanyak 80 ekor ayam broiler dijadikan sampel untuk penelitian.

Berdasarkan hasil penelitiannya, ternyata hasilnya 85% daging ayam broiler dan 37% hati ayam broiler itu mengandung residu antibiotik. Rusiana menjelaskan dari sampel daging dan hati broiler itu terdapat residu antibiotik tylosin, penicillin, oxytetracycline, dan kanamycin.

Penelitian sampel kelompok antibiotik menggunakan metode Bioassay dan hasil analisisnya dinilai berdasarkan Codex Alimentarius Commission (CAC) atau standar pangan yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan Dunia (FAO), dan standar European Economic Community (EEC).

“Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa kelompok antibiotik penisilin merupakan residu yang paling banyak ditemukan di hati ayam,” kata Rusiana.

Sementara itu, Iswarawanti menambahkan hati ayam broiler mengandung lebih banyak antibiotik kelompok penisilin dibandingkan daging. Kandungan antibiotik penisilin mencapai 41,3% jika dihitung berdasarkan maximum residue limit–MRL per batas maksimal residu). Angka itu masih di bawah 45% kandungan MRL residu penisilin.

Namun, dia mengingatkan bahwa sebenarnya kelompok antibiotik penisilin itu bukan digunakan untuk ternak ayam, melainkan untuk pengobatan manusia. Jadi, jika daging dan hati ayam broiler itu dikonsumsi dalam jangka waktu panjang sangat membahayakan kesehatan manusia.

Iswarawanti menjelaskan penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi daging dan hati ayam broiler yang mengandung antibiotik itu secara berkepanjangan bisa menyebabkan teratogenic effect, carcinogenic effect, mutagenic effect dan resisten terhadap antibiotik sendiri.

Rusiana menjelaskan bahwa teratogenic effect adalah kandungan antibiotik bisa menyebabkan efek buruk untuk ibu yang mengandung, terutama untuk janinnya. Ibu yang mengandung bisa mengalami keguguran atau bayi yang dilahirkan cacat.

Kalau carcinogenic effect, antibiotik yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan munculnya penyakit kanker. Sedangkan mutagenic effect, antibiotik dapat menimbulkan mutasi bagi mikroorganisme seperti bakteri.

Sementara itu, bagi mereka yang banyak mengonsumsi daging dan hati ayam yang mengandung antibiotik, tubuhnya akan mengalami resistan terhadap reaksi antibiotik. Maka, obat antibiotik yang dikonsumsi orang yang banyak makan hati ayam yang mengandung antibiotik tidak akan menimbulkan efek apa pun.

“Antibiotik itu juga bisa menimbulkan alergi seperti menimbulkan bintik-bintik dan gatal-gatal pada kulit,” tambah Rusiana.

Dia menjelaskan, untuk daging yang kandungan antibiotiknya rendah relatif aman. Tetapi, hati ayam yang banyak ditemukan mengandung lebih banyak antibiotik penisilin sudah perlu hati-hati untuk mengonsumsinya. ”Padahal, selama ini banyak orang yang mengharapkan mendapat asupan zat besi dengan memakan hati ayam. Tetapi, hati ayamnya ternyata belum aman,” katanya.

Ditanya kenapa daging dan ayam brolier mengandung antibiotik terutama penisilin, Iswarawanti mengatakan kemungkinan ketidaktahuan dan tidak adanya penyuluhan bagi peternak ayam. Mereka hanya mengharapkan ayamnya sehat, maka disuntik atau diberi pakan yang mengandung antibiotik.
Sumber : http://masenchipz.com/khasiat-hati-ayam-broiler